surat

untuk para ibu yang memiliki putra putri yang terpilih..
mereka hanyalah bidadari yang disempatkan Allah turun ke bumi melalui rahim-mu,
namun sesungguhnya tempat bidadari hanyalah di surga, bukan?


Palung rindu yang terdalam, 16 September 2008

Untuk
malaikatku, belahan jiwaku
di – sisiNya yang Terindah

Assalamualaikum wr.wb.

Masih ingat?
Bulan ini mestinya kau ada di sisiku
Namun 60 hari yang lalu kau malah pergi
Meninggalkanku
Ah, aku jadi rindu.
Jadi berangan – angan.
Lagi.
Seandainya saja kau ada di sini, apa aku masih tetap menangis seperti ini? Bukankah seharusnya kau yang menangis? Menangis keras-keras dan akan kutenangkan kau dalam dekapku. Menangis sampai kedua matamu tenggelam di balik pipimu yang merah dan akan kutidurkan kau dalam hangat kasihku. Hangat kasih yang telah kusiapkan penuh untuk menyambut kehadiranmu suatu hari nanti. Meski akhirnya kau tak mungkin hadir, tapi entahlah hingga kini aku masih saja percaya. Terkadang aku sampai tak yakin dengan diriku sendiri. Bagaimana bisa aku sebegini mencintaimu? Sedang kau saja tak mengenaliku. Sedang kita memang belum pernah bertemu. Tapi kan, kita menyatu dalam satu tubuh. Apa kau lupa? Ah, kau bukannya lupa. Kau hanya tidak tahu. Em, bukan. Kau tahu kita satu, kau tahu kau menyatu dengan satu diri, tapi kau tidak tahu siapa diri itu. Manusiakah? Hewankah? Malaikatkah? Ibliskah?
Namun tak apa. Sungguh tak masalah. Bukan hal penting apakah saat ini kau mengenaliku atau tidak. Karena aku yakin suatu saat nanti kita akan bertemu. Meski masih lama, tapi aku sudah menyiapkan diri dari sekarang, kau tahu? Aku sudah berlatih mengenalkan diriku sebagai ibumu, ah, baiklah, calon ibumu dulu waktu masih di bumi. Aku juga sudah menyiapkan pertanyaan-pertanyaan untukmu semacam “Bagaimana kabarmu selama ini, anakku? Apa Allah memang benar-benar baik?” atau “Pernahkah kau menanyakan kepadaNya mengapa waktu itu kau tidak diizinkan lahir ke bumi?” atau “Pernahkah kau merindukanku?”, “Apa kau mengenalku sebagai calon ibumu di bumi dulu?”, “apa mungkin kau – atau setidaknya jiwamu – tidak lahir dari rahimku tapi lahir dari rahim wanita lain?” atau…. Yah, kira-kira seperti itulah. Sebenarnya masih ada lagi, tapi aku lupa – tapi pasti aku akan ingat lagi – ,anakku.
Aku jadi terjebak lagi dalam lamunan semu ini. Membayangkan memberimu nama yang indah – seperti Kasih Azzahra, Dewi Aisyah, atau Yasmin Annisa jika kau terlahir sebagai perempuan, pintu kelahiran insan Allah yang paling sempurna, atau Abdul Malik, Ilham Al-Hilal, atau Ghulam Ardi Ahmad jika kau terlahir sebagai calon imam yang hebat – , mengelus tubuhmu yang hangat, meninabobokanmu, mengajarimu melafadzkan doa sebelum makan, mengajarimu memanggilku ibu… Sungguh indah menghabiskan waktu dengan berangan-angan tentangmu. Rasa-rasanya hanya kaulah satu yang mampu menyempurnakan hidupku sebagai seorang manusia. Teringat juga olehku tentang jenjang pendidikanmu. Kuputuskan untuk merawatmu dengan tanganku sendiri. Dari A sampai Z pokoknya harus aku. Bukan karena aku egois dan otoriter, tapi karena aku menyayangimu. Karena aku ingin mengetahui semua tentangmu. Aku ingin jadi orang yang pertama kali tahu apapun tentangmu. Aku ingin menjadi dekat denganmu, dan aku ingin kau benar-benar tahu bahwa aku menyayangimu. Aku ingin menjadi seperti itu. Akan kuajarkan kau ayat-ayat suci Allah. Berawal dari huruf hijaiyyah yang sederhana dan doa sehari-hari dulu. Setiap pagi setelah subuh berakhir akan kuputarkan pengajian atau nasyid dari DVD yang ada di rumah, supaya kau mengenali pujian-pujian itu. Supaya kau dapat menghafalnya dengan mudah – musik sangat mudah diserap otak, bukan? – .
Lalu saat kau mulai beranjak usia 5- 6 tahun, akan kusekolahkan kau di sekolah mengaji di masjid terdekat dari rumah. Dan pada usia sekolahmu nanti, akan kuusahakan semampuku – dan semampu ayahmu – untuk menyekolahkanmu tinggi-tinggi, memenuhi hasrat berkaryamu, membimbing pencarian jati dirimu, Aku ingin saat kau mulai menginjak remaja nanti kau dapat memilih pergaulan yang benar, yaitu pergaulan yang diridhoi Allah. Kau bisa saja kan masuk ke organisasi-organisasi islam untuk pemuda? Hingga akhirnya dapat kau temukan jati dirimu yang sebenarnya. Jati dirimu sebagai mujahid Allah. Jati dirimu sebagai hamba yang bisa pulang kapan saja kepada Tuhannya. Jati dirimu sebagai sesosok berdaya yang mestinya berlaku ikhsan dan akhsan.
Itulah kira-kira harapanku padamu. Yah, meski harapan itu kini tinggal harapan. Namun aku tak akan mengeluh. Aku yakin, meskipun berat, kehilangan separuh jiwa yang telah berhasil kucintai dengan sepenuh hati selama 7 bulan lamanya dan kunanti-nanti benar hadirnya, akan memberikan ibroh yang besar pada hidupku dan hidupmu setelah ini. Karena mungkin saja jika kau lahir kau tak mampu memenuhi harapan-harapanku selama ini, dan yang ada malah kau menjelma jadi makhluk durhaka yang sungguh tak diridhoi keberadaannya. Atau mungkin saja jika kau lahir aku tak sanggup memeliharamu dengan layak, hingga yang ada aku malah mendzalimi titipan Allah yang suci padaku. Dan tentu masi banyak mungkin saja-mungkin saja yang lain. Dan Allah selalu memiliki alasan atas apapun yang dilakukanNya.
Wahai anakku, Aku mesti bicara apa lagi? Aku selalu mendoakanmu di dalam setiap sujud akhirku, selalu mengenangmu di dalam setiap muhasabahku, selalu menyertakanmu di dalam daftar orang-orang yang ingin kubahagiakan sepanjang hidupku. Karena kau yakin, kau sebenarnya telah lahir. Hanya saja, mungkin dengan cara lain. Mungkin memang bukan di sini tempatmu. Mungkin hanya di hatiku saja, dan di hati ayahmu. Karena kami berdua sering bermimpi tentangmu. Dan itu yang membuat kami yakin bahwa kau benar ada, bahwa kau benar tumbuh, bahwa kau bahkan telah mengerti akan dirimu sebagai seorang insan biasa. Bahkan sebenarnya aku percaya bahwa kau mungkin saja lebih beriman dari kami, orangtuamu, karena Allah sendiri yang mengajarkanmu, anakku. Oleh Karena itu, aku, sebagai ibumu di dunia fana ini, yang tak pernah bisa merawatmu secara nyata dan hanya mampu mensejahterakanmu lewat doa, kini berpesan kepadamu : janganlah kau pernah sesali tak sempat merasakan dirimu sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna derajatnya yaitu kami, manusia. Karena di balik sesuatu pasti ada sesuatu, dan Allah Maha Mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Yakinlah anakku, ini semua yang terbaik untuk kita.

Nandaku, sayang
Tidurlah dalam dekapanNya
Dan tenanglah dalam damai yang hakiki
Kirimkanlah tawamu dalam tidurku
Untuk jadi pelipur rindu ibumu yang membuncah ini
Untuk tenangkan jiwa ibumu ini,
Bahwa Allah memang menjamin semua baik-baik saja

Nandaku, sayang
Ajarkan pada malaikat-malaikat di langit
Bagaimana caranya membaca surat dari ibumu ini
Dan ajarkanlah pada mereka pula
Bagaimana caranya membalas surat untuk ibumu yang selalu menanti

Nandaku, sayang
Jadilah kau bidadari yang dijanjikan Allah
untuk para kekasihNya yang syahid
dan jadilah kau Penjaga pintu syurga yang tangguh
di mana nanti akan kau jemput kami berdua, calon ibu dan ayahmu

Wassalamualaikum wr.wb.


Ibumu yang selalu mencintaimu

Aku bukanlah seorang ibu, namun aku mulai berpikir-pikir tentang pekerjaan yang istimewa ini. Dan mungkin aku telah sangat terinspirasi, hingga kuputuskan tulisan ini kubuat untuk kudedikasikan kepada semua ibu di dunia.

Komentar

Postingan Populer