praktek 1

manusia selalu punya rencana tapi -lagilagi- hanyalah Tuhan yang berkuasa Menentukan.
saya punya rencana menulis tentang kegiatan saya sehari-harinya selama 30 hari praktek di rumah sakit, tapi apa daya karena selalu ada aja alasannya : gak bawa laptop apalagi modem, sekaligus di daerah kosan gak nemu warnet -males juga sih kalau nulis entry di hape. layarnya kecil. jadi gak puas, hehe- , terlewatkan sudah satu minggu pertama di rumah sakit tanpa menulis apa-apa.

saya ingin bercerita banyak tentang pengalaman yang satu ini.
tentang orang-orang yang saya temui, pasien-pasien yang saya rawat, mereka yang datang mengeluh sakit dan akhirnya boleh pulang karena udah baikan, mereka yang masih tergolong muda tapi harus operasi berkali-kali, dan masih banyak lagi yang lainnya.

mungkin saya akan mengawali dengan mengenalkan tempat praktek saya. dari institusi tempat saya belajar, saya ditempakan di sebuah rumah sakit umum di daerah kabupaten malang, sekitar 1-1,5 jam dari kota malang,tepatnya di ruang penyakit dalam untuk dua minggu pertama, lalu pindah ke ruang bedah di dua minggu terkahir. di ruang penyakit dalam ini pasien-pasien yang ditangani -berdasarkan pengamatan saya setelah tujuh hari pertama- adalah penderita diabetes mellitus, hipertensi, dan abdominal pain. mereka rata-rata berusia lanjut. yang merawat mereka adalah anak dan pasangan hidup mereka.

saya belajar tentang cinta sejati -jika memang bisa dikatakan begitu- dari mereka. menemani ke kamar mandi, menyuapi setiap tiba waktunya makan,tersenyum dan berterimakasih setiap kali perawat ecek-ecek macam saya ini datang sekedar untuk periksa tensi atau suhu atau ganti infus atau perbaiki infus suami/istri mereka. mereka tetap di sana, menunggui suami/istrinya tidur semalam suntuk. mereka tetap ada bahkan meski suami/istri mereka mengeluh sakit seperti anak kecil lagi, berteriak-teriak, menangis...

sampai hampir satu tahun menempuh pendidikan d3 kebidanan, terkadang saya sendiri masih sering bertanya dalam hati, mengapa?
mengapa waktu itu Allah menggerakkan hati saya untuk memilih jurusan ini? mengapa bukan pilihan yang lain yang saya ambil? dan beberapa hari yang lalu sepertinya Allah berangsur-angsur menjawab pertanyaan saya -lagi-
ada pasien DM, ibu itu pernah bercerita sudah 6x bolak balik rawat inap. beliau hana ditemani suaminya selama rawat inap. say perhatikan beberapa keluarga pernah datang dan pergi, tapi yang selalu duduk di samping tempat tidur nomor dua itu, ya selalu bapak itu saja. sang istri menjalani rawat inap sekitar 6 hari, dan beberap hari yang lalu sudah diperbolehkan pulang oleh dokter. pelayanan terakhir yang saya berikan kepada ibu tersebut adalah melepaskan infus di tangan kiri beliau. sesuai pesan perawat jaga sambil melepas saya bilang "bu, ini infusnya saya lepas, tapi ibu belum boleh langsung pulang ya bu, tunggu sebentar lagi"
ibu itu menyambut kata-kata saya dengan sumringah, lalu tanpa diduga suami ibu tersebut berkata kepada saya dan teman saya yang menemani saya melepas infus. dalam bahasa Jawa halus beliau berkata yang jika diartikan kira-kira seperti ini "terima kasih yang sus, sudah merawat istri saya selama ini, terima kasih banyak"
tidak terduga bahagianya menerima perkataan seperti itu. kami bahkan tidak pernah memikirkan sebelumnya. namun tepat saat itu saya menjadi mengerti, oh, mungkin ini yang dimau Allah untuk saya jalani, membantu hal-hal kecil namun bermanfaat bagi orang lain sedini mungkin. karena besar kemungkinan saat ini saya belum akan merasakan pengalaman ini jika dulu saya mengambil pilihan yang lain untuk dijadikan jalan hidup.

sampai sekarang, jika mengenang beliau berdua saya ingin menangis rasanya. semoga beliau berdua sehat, dan si ibu tidak perlu sampai opname untuk yang ketujuh kalinya lagi. amin

Komentar

Postingan Populer