rindu

perempuan itu melangkah pelan, mengikuti arah angin. gaunnya berkibar pelan, tersapu lembutnya angin. di genggamannya ada seuntai kalung perak dengan bandul hati. tiba di penghujung jalan dia berhenti. di penghujung jalan dia memejamkan mata, merasakan angin, mendekatkan seuntai kalung perak dalam genggamannya ke dadanya. bandul hati dari kekasihnya itu, kini berjarak begitu dekat dengan hatinya.
tidak, dia tidak menangis sekalipun kekasihnya tidak disini. dia cemburu tapi dia tidak marah sekalipun kekasihnya bersama banyak perempuan yang lebih daripadanya di sana. begitu banyak yang membuatnya cemburu tetapi dia tidak marah karenanya. karena dia percaya kekasihnya akan kembali kepadanya. dia percaya hanya dia dan hanya dia dan sekali lagi hanya dia rumah satu-satunya bagi kekasihnya.
tidak, dia tidak menangis. tapi kalau kamu peka, seandainya saja kamu peka, sepeka angin dan rerumputan dan langit dan pohon, kamu akan merasakan tubuh perempuan itu bergetar. getar tulus yang bersumber dari hatinya. getar yang tiada mampu dia redam dan begitu terlihat dari genggaman tangannya, dari seuntai kalung perak dengan bandul hati dalam genggamannya. perempuan itu bergetar menahan rindu. dia sungguh sedang rindu pada kekasihnya.

dan hembusan angin yang akan mengantarkan rindu itu

...
sementara di seberang sana seorang kekasih refleks menoleh saat angin berhembus pelan meniup helaian rambutnya. hatinya tersentuh, berbicara lirih sendiri dalam keramaian
akupun rindu padamu, sayang 

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer