selamat malam sayang. apa kabarmu? kuharap kamu tetap dalam keadaan terbaik disana. bulannya sedang tidak tampak malam ini, padahal aku yakin masih purnama yang bertengger di atas sana. dia tidak redup, hanya tertutup awan. seperti hatiku sekarang sayang, tidak redup, hanya tertutup entah apa.

kau tahu? hampir satu minggu ini tidurku benar-benar tidak nyenyak samasekali. selalu saja terbangun tengah malam, mimpi buruk, kedinginan, tidak nyaman, menangis, entah mengapa. kau tahu? kupikir barangkali ini ada hubungannya denganmu, dengan hubungan kita. hal ini sangat penting bagiku, entah bagaimanalah bagimu. kau tahu? satu minggu ini pula aku mencoba mencari jawaban mengapa sebegininya hatiku merasakan gelisah. kau tahu? tidak ada satupun teman yang mau menasihatiku. semua enggan, karena semua menganggap aku sudah tahu jawaban dari masalahku. dan lagi sebenarnya mereka bosan karena masalah yang kukeluhkan hanya tentang itu-itu saja. tentang kamu.

lalu sampailah aku pada hari ini (tadi malam aku masih mimpi buruk dan terbangun tengah malam), menghabiskan waktu berbicara berdua dengan seorang sahabat. dan kamu tahu sayang? pikiranku jadi terbuka setelahnya. akhirnya aku bisa sedikit memilah mana logika dan mana perasaan. akhirnya aku bisa sedikit menemukan celah untuk menyudutkan diriku sendiri bahwa benarlah selama ini aku terlalu menggilaimu, dan itu bukanlah hal yang baik.

aku tidak berpikiran buruk tentangmu. aku tidak melunturkan kepercayaanku padamu. tidak samasekali tidak. aku tahu sepenuhnya tahu. aku sadar seutuhnya sadar. dan karena aku kini sadar, maka kupilih untuk melepasmu saja, mencintaimu dari jauh. kamu tahu? aku bisa tetap ada disini, dan disana, memenuhi inbox, missedcall, direct message, dan sebagainya dan sebagainya alamat mayamu disana, tapi apalah artinya jika itu bukan pilihan terbaik untuk membuatku bahagia dan membuatmu dewasa? apalah artinya jika itu hanya akan menambah kesakitanku dan ketidaktegasanmu kepada hubungan ini?

aku telah sampai pada pemahaman bahwa akupun harus menghargai diriku sendiri, bukan hanya menghargaimu.

kurasa pemahaman dan kesabaran dan setia dan kedewasaan dan penjelasan yang kuberikan padamu sudah cukup, sungguh sudah lebih dari cukup. aku tahu kau baik. namun mungkin memang kamu belum cukup dewasa untuk menghadapi aku, dan pola pikirku, dan cinta sebesar ini. proses? ya, semoga kamu menyadari bahwa aku tetaplah orang yang paling bersabar terhadap prosesmu selain orangtuamu. bahwa aku sangat bahagia menjadi saksi melihatmu tumbuh dan semakin sukses dari hari ke hari. namun akupun manusia biasa. bahkan ada tambahan lain : aku perempuan. dan seharusnya sebagai perempuan aku bisa lebih dihargai, hal yang selama ini selalu kukesampingkan demimu. ya, demimu. bukan kamu yang salah, namun mungkin memag macam ini jalan mainnya. maka biarlah aku melepasmu -lagi- dengan baik. kujaga kamu dalam doa. kuminta terus kepada tuhan untuk memberikan yang terbaik buat kita. tidak, aku tidak akan memaksa tuhan untuk mempertemukan kita lagi. namun jika itu memang yang terbaik, maka biar terjadilah atas ijinNya. aku mencintaimu, sungguh mencintaimu. namun akupun punya hak untuk bahagia, untuk tidak terus menerus mengalah, untuk tidak terus menerus bersedih dalam penantianku yang sendiri. kamu? entah kamu sedang apa di sana. entah aku tidak tahu. selalu, demi tuhan selalu kucoba memahamimu, berprasangka baik, percaya, namun mungkin bukan begini caranya. jalanilah sebaik-baik langkahmu disana, dan jika menurutmu aku memang masih yang satu-satunya bagimu, datanglah dengan -kumohon- kedewasaanmu. 

jangan anggap aku menyerah. tidak. aku tidak menyerah. aku hanya mencari jalan tengah untuk tetap mempercayaimu, namun juga membebaskanku dari rasa sakit. akan kubiarkan semua seperti ini. aku akan tetap menjaga ami, amo, dan semua pemberianmu. aku akan tetap membaca mushaf hijaumu. aku tidak akan mencari penggantimu. aku akan biarkan perasaanku larung di samudera, menunggu kau kembali, entah kau mengerti atau tidak, entah alam merestui atau tidak. aku akan tetap mendoakanmu. namun sudah, cukup sudah aku melepasmu, menitipkan kepada Dia yang berkuasa atas kita. 1% yang menentukan itu, tentang jodoh dan tidak kita, apa yang terjadi maka terjadilah.

Komentar

Postingan Populer