semalam. saya bermimpi. bertemu dia yang mengecewakan saya, dengan perempuan itu. sebenarnya saya gak benar-benar lihat dia, tapi saya tau disana ada seseorang yang di dunia nyata sangat mengecewakan saya, berdiri dengan seorang wanita, siapa lagi coba?

setting tempatnya adalah di sekolah dasar saya dulu. entah kenapa sekolah ini yang paling sering jadi setting mimpi saya di antara sekolah-sekolah saya yang lain. sekolah yang paling sering muncul kedua di mimpi adalah smp saya. 

di sd saya gedung terbagi jadi dua kubu, saling berhadapan, dipisahkan oleh lapangan semen berpasir. gedung 1 adalah ruang guru dan kelas 3,4,5,6. gedung2 berisikan kelas 1,2, perpustakaan kecil, dan mushola. untuk mencapai gedung2 harus melewati lapangan, lalu setelah lapangan ada tangga menurun terbuat dari semen. tanah di gedung 2 memang lebih rendah daripada tanah di gedung1. setelah turun tangga kecil ada halaman kecil yang cukup buat anak berbaris rapi sebelum masuk kelas di gedung2. gedung2 itu sendiri berbentuk panggung, bawahnya benar-benar bolong, anak-anak biasanya suka main petak umpet di bawah situ, bahaya memang tapi menyenangkan, dan untuk mencapai teras-teras di gedung2 itu terdapat beberapa anak tangga. Di samping kiri gedung2 ada kamar mandi. di samping kamar mandi ada pagar kecil dari kayu berwarna coklat, yang biasa jadi jalur lewat anak-anak yang rumahnya terletak di perkampungan sebelah timur sekolah, sementara yang pulang ke barat sekolah ada pintu gerbang besar berwarna putih. Setting yang saya ceritakan ini adalah setting sekolah saya yang dulu, waktu saya masih sebagai murid dari sd itu, tapi dengan tubuh saya sekarang yang sudah berusia 23 tahun. Di kenyataan, sd ini masih ada tetapi sudah dengan banyak sekali perbaikan meskipun bentuk dasarnya masih tetap sama, dua gedung berhadapan yang dipisahkan oleh lapangan semen berpasir.

mereka ada di gedung dua, di teras paling ujung depan mushola. entah sedang melakukan apa. kalau gak salah mereka berdiri. atau dia duduk dan perempuan itu yang berdiri. lagi-lagi saya sendiri gak benar-benar lihat mereka karena saya gak mau. tapi karena ini mimpi, saya tau itu mereka tanpa perlu melihatnya.

saya ada di gedung1 berjalan pelan menyeberangi lapangan semen berpasir yang dulu rasanya luas sekali tapi sekarang rasanya kecil sekali. di samping saya ada seorang lelaki. tinggi. tapi saya tidak bisa lihat wajahnya. saya tidak tahu wajahnya tidak tahu pula namanya tapi saya tahu kami berteman. sungguh berteman biasa. selayaknya seorang teman, dia ada untuk menemani. dia pakai jaket abu-abu muda, celana cargo coklat muda. dia tahu cerita saya dengan dua orang itu. dan saya tau di mimpi itu dia ada di samping saya untuk menemani dan menenangkan hati saya yang sedih dan kecewa dan masih sedikit sakit. kita berjalan menuju pagar kecil, dan untuk ke pagar itu kita harus melewati mereka. dia membisikkan sesuatu di samping saya yang saya gak terlalu ingat detilnya tapi sampai detik ini saat saya sudah bangun dan duduk di kursi kerja saya masih bisa merasakan tenang karena kehadirannya. dia meyakinkan saya kalau semua akan baik-baik saja dan kami masih terus berjalan dengan ringan. langkah-langkah semakin banyak, jarak semakin dekat, tepat ketika jarak kita menjadi amat dekat dengan mereka, secara tiba-tiba dengan gerakan yang amat pelan namun yakin dia mengambil tangan kiri saya yang paling dekat untuk dia jangkau, kulit telapak tangan kami bertemu, jemari bertaut dan saya tidak marah meski itu pertama kalinya dia menggenggam tangan saya (tanpa izin pula), lengan saya ditariknya lalu tangan kanannya bersedekap di dada seperti orang solat masih dengan tangan saya yang ikut menempel dengan jaketnya yang hangat, saya digandeng dengan erat namun tidak likat, masih dengan santai, mulai dari jemari sampai siku kami bertemu, begitu terus sampai kami melewati mereka, sampai akhirnya kami sampai ke pagar kayu berwarna coklat di belakang sekolah.

seharusnya di luar pagar kecil itu ada jalan setapak menuju perkampungan warga, namun yang kami temui adalah jalan setapak menuju sebuah halaman berbatu yang luas, dikelilingi banyak pohon-pohon teduh. di ujung halaman itu terdapat pagar putih dari semen, dengan hamparan laut luas sebagai panoramanya. langit tersapu awan putih tipis bagai kapas berarak tenang. lautan pun tampak tenang, tidak biru, tidak juga kelabu, hanya seperti kumpulan permata berwarna perak dari kejauhan. saya dan dia berhenti di pembatas putih itu, masih dengan posisi yang sama sejak tadi. dia di sebelah kiri dan saya di sebelah kanan. pelan dilepasnya genggaman tangan kami, dia berpindah ke sebelah kanan saya, kami berdua terdiam memandangi lautan, namun saya tau betul dia hendak mengatakan sesuatu.

perlahan mata saya membuka, mendapati diri tidur memeluk bantal besar warna merah, nyaman sekali rasanya bangun pagi ini. kipas angin menderu pelan, di luar gerimis turun perlahan, dengan mata masih menyipit saya mengecek jam di telepon genggam, hampir jam setengah enam, saya memang lagi libur solat jadi nyantai aja walau kesiangan. saya kembali menekuri mimpi semalam, dan merenungi pula rasa damai dan nyaman di dalam hati sampai saat ini, sampai tulisan ini tertuang. siapa dia?

Postingan Populer