Tentang Dilan : Dia Adalah Dilanku 1990



aku pertama kali mengenal nama pidi baiq dari seorang kawan yang belum pernah bertemu langsung dengannya sepanjang pertemanan kami sejak pertengahan tahun 2015. namanya ceng romli, seorang jejaka bandung yang sedang singgah cukup lama di jogja. aku kemudian mengenal pidi baiq sebagai sosok yang sedang ramai follower di twitter, cukup nyentrik dengan twit-twitnya, cukup menarik dengan quote-quotenya, cukup membuat terbahak lewat lagu-lagunya yang kutonton di youtube (tapi pertama kali kudengar dari pesan suara yang dikirim ceng lewat whatsapp), dan dari judul buku-bukunya.
mengenai bukunya, hingga 2015 berlalu aku belum juga membaca satu pun. ya, belum pingin saja. meskipun aku selalu mengikuti perkembangan lahirnya dilan 1 yang kemudian disusul dilan 2 yang sangat ditunggu-tunggu oleh follower pidi (kecuali aku). meskipun sering juga kulihat buku-buku itu di gramedia.
bulan januari ini entah dapat ilham darimana aku akhirnya memiliki keinginan membaca buku pidi baiq, akhirnya pinjam teman, tapi harus dilan 1 dan dilan 2 sekaligus. setelah mau pinjam mas edy tapi gagal karena buku-bukunya belum disampul, akhirnya bisa pinjam bukunya ihda. 
pertama kali membaca dilan 1 tentulah responku seperti kebanyakan orang ya, novel ini lucu, ringan, menyenangkan, manis, dan cukup inspiratif untuk anak-anak muda yang ingin nembak cewek idamannya dengan cara yang keren. tapi sebenarnya aku agak bosan sih dengan alur ceritanya yang kemudian kusadari bahwa kebosananku itu adalah sesuatu yang wajar karena memang aku bukanlah lagi anak sma. aku juga bosan dan geregetan dengan cara berpikir milea yang memang masih sma. tapi jauh daripada itu, novel ini berhasil membawaku ke masa lalu, mengingatkan bahwa ya, memang, masa sma adalah masa yang manis 


 

Komentar

Postingan Populer