dan begitulah waktu berlalu, dan hatiku patah lagi. sejujurnya aku jadi ga begitu percaya cinta. setelah sejauh ini. aku memang mudah kagum pada orang yang pintar atau baik hati. namun bukan berarti aku mudah jatuh hati. hal yang mereka tahu mungkin lelaki yang datang padaku banyak, tapi yang satu yang tidak mereka tahu bahwa hanya sedikit yang benar-benar bisa membuatku menangis.
hari ini hatiku patah lagi.
karena setelah jauh perjalanan ini kukira aku sudah menemukan orang yang benar-benar bisa membuatku nyaman; aku bisa menari, lari-lari, loncat-loncat, nyanyi-nyanyi, teriak-teriak di depannya tanpa perlu khawatir dia ilfil. aku bisa menghadapinya dengan berani meski tanpa pulasan apapun di wajahku. aku merasa nyaman dengan hanya mengetahuinya duduk di dekatku. tapi, tapi ternyata begitu saja ga cukup. ada banyak hal yang kemudian muncul. hal-hal yang gabisa kuatasi. hal-hal yang di luar perkiraanku meskipun aku sudah merasa mengusahakan yang terbaik, mungkin juga dia. maka setelah satu bulan berlalu, dan aku sudah cukup mampu meyakinkan diri bahwa hubungan ini sudah ga sehat lagi, inilah aku yang memutuskan mundur dari perjalanan yang menyenangkan ini.
aku patah hati, sungguh patah hati.
meskipun kelihatannya aku tidak peduli. meskipun dia juga seperti tidak peduli. aku bukanlah perempuan yang tidak punya perasaan, namun semakin kesini aku sepertinya semakin pandai menyimpan airmataku sendiri.
toh ga ada yang peduli, apakah hatiku saat ini sedang senang atau sedang sedih
aku patah hati dan cepat menyembuhkan diri dengan kesibukan-kesibukan.
meski ya aku tidak bisa selamanya lari dan mengabaikan diriku sendiri yang sebenarnya sedang rapuh-rapuhnya saat ini.
tapi aku harus cepat berbenah diri.
berbenah meski tidak ada tamu yang datang lagi di selasar malamku. berbenah meski tidak ada lagi yang duduk di tepi jendela hati dan menanyakanku , ini sudah purnama yang ke berapa ya? berbenah meski aku tidak sedang punya acara apa-apa. aku hanya ingin hatiku secepatnya rapi, setelah satu bulan yang penuh bongkar pasang. aku lelah.
aku.. aku masih tidak juga paham apa yang salah
mungkin itu juga yang membuat hatiku terasa benar-benar patah
tapi untuk saat ini aku harus. pergi.
dengan memeluk satu-satunya alasan
bahwa aku perempuan
yang memerlukan kepastian.
----------------------------------------------
aku mengusap pipiku perlahan
kurasa ada air mengalir disana
tapi ternyata jemariku tidak basah
entah dimana letak hujan
selain di hatiku yang deras
sendirian
hari ini hatiku patah lagi.
karena setelah jauh perjalanan ini kukira aku sudah menemukan orang yang benar-benar bisa membuatku nyaman; aku bisa menari, lari-lari, loncat-loncat, nyanyi-nyanyi, teriak-teriak di depannya tanpa perlu khawatir dia ilfil. aku bisa menghadapinya dengan berani meski tanpa pulasan apapun di wajahku. aku merasa nyaman dengan hanya mengetahuinya duduk di dekatku. tapi, tapi ternyata begitu saja ga cukup. ada banyak hal yang kemudian muncul. hal-hal yang gabisa kuatasi. hal-hal yang di luar perkiraanku meskipun aku sudah merasa mengusahakan yang terbaik, mungkin juga dia. maka setelah satu bulan berlalu, dan aku sudah cukup mampu meyakinkan diri bahwa hubungan ini sudah ga sehat lagi, inilah aku yang memutuskan mundur dari perjalanan yang menyenangkan ini.
aku patah hati, sungguh patah hati.
meskipun kelihatannya aku tidak peduli. meskipun dia juga seperti tidak peduli. aku bukanlah perempuan yang tidak punya perasaan, namun semakin kesini aku sepertinya semakin pandai menyimpan airmataku sendiri.
toh ga ada yang peduli, apakah hatiku saat ini sedang senang atau sedang sedih
aku patah hati dan cepat menyembuhkan diri dengan kesibukan-kesibukan.
meski ya aku tidak bisa selamanya lari dan mengabaikan diriku sendiri yang sebenarnya sedang rapuh-rapuhnya saat ini.
tapi aku harus cepat berbenah diri.
berbenah meski tidak ada tamu yang datang lagi di selasar malamku. berbenah meski tidak ada lagi yang duduk di tepi jendela hati dan menanyakanku , ini sudah purnama yang ke berapa ya? berbenah meski aku tidak sedang punya acara apa-apa. aku hanya ingin hatiku secepatnya rapi, setelah satu bulan yang penuh bongkar pasang. aku lelah.
aku.. aku masih tidak juga paham apa yang salah
mungkin itu juga yang membuat hatiku terasa benar-benar patah
tapi untuk saat ini aku harus. pergi.
dengan memeluk satu-satunya alasan
bahwa aku perempuan
yang memerlukan kepastian.
----------------------------------------------
aku mengusap pipiku perlahan
kurasa ada air mengalir disana
tapi ternyata jemariku tidak basah
entah dimana letak hujan
selain di hatiku yang deras
sendirian
Komentar
Posting Komentar