di ujung jalan, di lampu temaram berpendar-pendar antara ingin dan tidak.
di bawah sapuan angin malam yang memaksa masuk di sela-sela kain meski sudah dirapatkan.
leher dibebat syal tebal yang setidaknya mengurangi dingin yang menyayat.
tangan memeluk tubuh sendiri seolah tubuh itu sewaktu-waktu dapat ambruk tanpa ada yang dapat menolong.
tidak ada orang lain di sini, jadi kalau kamu jatuh maka kamu harus menolong dirimu sendiri.
lampu masih berpendar-pendar. mungkin lampu itu kasihan padanya. mungkin juga enggan meneranginya.
malam sudah terlalu pekat untuk sekedar melihat tikungan mana yang akan dipilih.
katanya di salah satu jalan itu ada teman yang menunggu.
yang katanya dari tulang rusuknyalah dia diciptakan.
mungkin kalau menemukannya di malam sedingin ini solusi hangat dapat terpecahkan.
setidaknya sampai besok pagi.
maka yang harus dilakukan adalah menemukannya.
atau menunggu saja disini?
atau memberi tanda bahwa dia sedang disini?
mungkin pemilik tulang rusuk itu saja yang sebaiknya menghampiri kemari
tapi sanggupkah dia kemari? bukankah tulang rusuknya sudah kucuri? tanyanya kepada angin

Komentar

Postingan Populer