selamat siang dear reader. apa kabar? semoga sehat seperti saya yang juga alhamdulillah secara fisik sehat. siang ini, saat ini, di meja kerja di kantor ini, di depan laptop ini tiba-tiba secara random pikiran saya terbang ke tempat lain yang jauh dari kursi dimana saya berada. tempat itu adalah taman ilalang setinggi pinggang pada suatu sore dengan sinar matahari yang cukup hangat dan tidak membakar kulit. saya berdiri di antara ilalang-ilalang hijau-putih yang tampak berkilauan didera tumpahan cahaya yang meneduhkan perasaan. rasa-rasanya ini adalah tebing tinggi di suatu tempat yang sepi dimana sesudah tebing itu adalah lautan lepas berwarna biru tua yang mengisyaratkan kedalamannya yang hebat. suara ombak menabrak karang-karang di dasar tebing terdengar hingga ke taman ilalang ini. saya membayangkan saya duduk di bawah pohon besar, tanpa alas, langsung bersentuhan dengan ilalang-ilalang dan beberapa tanaman yang ternyata sedang berbunga. Hening menjalar di udara. 

sebenarnya bayangan ini merambat karena barusan, beberapa waktu yang lalu, saya melihat foto seseorang yang sangat baik di sosial media. seseorang yang berniat baik kepada saya namun saya tidak sanggup menyambut niat baik itu karena suatu alasan. tetapi melihat fotonya siang ini tiba-tiba mengantarkan saya kepada lamunan kilas balik tentang perjalanan perasaan yang sudah saya alami sepanjang 24 tahun usia diri. pertama kali saya memahami rasa khusus kepada lawan jenis adalah di masa SD, ya, sekecil itu, sekolah dasar. saya menyukai perasaan kagum itu sekitar 3 tahun lamanya. rasa kagum yang setelah 3 tahun itu lalu saya putuskan untuk dikubur dalam-dalam saja, tanpa harapan. kami berteman, hingga saat ini. bahkan kini orangnya tumbuh menjadi pemuda yang membanggakan dengan karya produktif. perasaan kagum itu tetap ada, tetap mengejawantah dalam bentuk kasih sayang kepada saudara lelaki. ya, dia saudara lelaki saya. pertemanan sejak sekolah dasar hingga kini bukanlah waktu yang singkat. saya bangga berteman dengannya. sesudah itu saya mulai mengenal beberapa teman lelaki. di SMP, SMA, kuliah, dan hingga kini saat bekerja. saya sempat sangat dekat dengan beberapa orang. saya pernah mematahkan harapan seseorang lalu kemudian harapan saya dipatahkan oleh yang lain lagi. saya pernah meninggalkan beberapa yang serius hanya demi menunggui yang jelas-jelas masih lebih fokus kepada dirinya sendiri. saya pernah sangat saling mengharapkan namun harapan itu hanya berujung di tepi jembatan yang putus, dengan kami masing-masing di seberang sisinya, tidak saling mengusahakan agar jembatan itu menyatu. yang terakhir, saya pernah mengecewakan seseorang yang sebenarnya lebih dulu saya kagumi juga, namun terpaksa dibuat bertepuk sebelah tangan dengan beberapa alasan. 

sejauh ini saya banyak mengenal lelaki baik, yang rata-rata sedang berupaya menjadi pria sejati. saya sadar sepanjang hidup ini saya tumbuh di bawah pengawasan beberapa mata dan doa dari jauh, dari mereka yang memutuskan menghilang dan membiarkan saya merasa sendirian. 

sejauh ini saya banyak mengenal lelaki baik. namun satu yang pasti selama perjalanan ini saya selalu memercayakan kata hati saya sendiri dalam menghadapi setiap percabangan, menghadapi setiap pilihan iya dan tidak, menghadapi pilihan-pilihan. jujur saya sempat melakukan kesalahan. ada beberap hl yang jika boleh ingin saya ulang dari awal, ingin memperbaiki keadaan yang saat itu belum menghargai diri sendiri sebagai perempuan. tapi bukankah, masa lalu tidak untuk diperdebatkan? maka saya pun memutuskan untuk memaafkan setiap kesalahan diri sendiri di belakang dan berusaha memperbaikinya di depan. 

sejauh ini saya banyak mengenal lelaki yang baik. dan hingga detik ini saya masih juga tidak tahu tulung rusuk siapakah yang dipakai Allah untuk menciptakan saya dahulu, nama siapakah yang saya temani sejak awal di lauh mahfudz. saya sungguh tidak tahu siapakah dia, calon imam saya kelak, bapak dari anak-anak yang akan saya lahirkan, orang yang paling berpengaruh untuk diri dan buah hati, orang yang membuat ibu dan bapak percaya. saya tidak tahu siapakah orang yang diridhai Allah untuk menjadi pelindung saya selama di dunia itu. 

sejauh ini saya banyak mengenal lelaki yang baik. dan sejujurnya cukup memilukan hati setiap kali sebuah niat baik harus kandas di tengah jalan. tunas yang tidak boleh dibiarkan tumbuh. mengingat bahwa selalu ada kebaikan di setiap diri, saya selalu hampir "menyesali" melepaskan seseorang yang kemudian mundur, melepaskan kebaikannya, melepaskan pola pikirnya yang baik, melepaskan hatinya yang baik. tapi bukankah saya memang hanya ditakdirkan untuk satu orang? satu yang jika ia sudah datang maka semua lara dan ragu itu akan luruh. satu yang jika ia sudah datang maka hati akan berucap dengan ringan, ya, dia orangnya. satu yang meski punya banyak kekurangan namun saya selalu punya kekuatan untuk menerimanya, begitupun ia akan menguatkan saya dengan segala kelemahan saya.

satu yang itu. entahlah, kami sudah bertemu atau belum. hanya Allah yang tau

Komentar

Postingan Populer