Ada yang pernah menulis bahwa jika kita merasa kesepian sebenarnya itu indikasi hati kita sedang jauh dari tuhan karena hati yang dekat dengan tuhan akan selalu merasa penuh, tiada hampa, apalagi perasaan kesepian. Hal ini ada benarnya dan sejujurnya seringkali terngiang di kepala manakala rasa sepi hadir di hati. Namun meski begitu sejujurnya saya punya pendapat sedikit berbeda akan hal ini. Kadang, meski kita sedang dekat dengan tuhan sekalipun, bisa saja tuhan sisipkan rasa sepi di hati, hati kita yang hanyalah manusia ini. Rasa sepi yang menjadi pelecut dan motivasi untuk mencari teman, karena itulah fitrah manusia. Tidak bisa hidup sendiri. Rasa sepi itu juga mungkin saja disisipkan sebagai ujian kesabaran. Sabar dengan kondisi yang dihadapi saat ini. Sabar ketika melihat teman sudah bergandengan dengan kekasih halalnya. Sabar ketika meilhat teman memeluk buah hatinya. Sabar bila hal itu belum terjadi pada diri sendiri. Sabar yang mewujud dalam bentuk doa yang lebih dalam, penjagaan diri yang lebih baik, mengisi hari-hari dengan kesibukan yang positif. Sabar yang mewujud dalam dzikir-dzikir panjang, melarikan rasa sepi dengan tulisan, gambar, membaca, traveling, membuka usaha baru, memperluas jejaring pertemanan, fokus bekerja, ataupun melakukan kegiatan kesukarelawanan. Sabar dengan pemahaman yang dijaga, dengan nilai-nilai yang tidak perlu sampai dikorbankan, dengan kesadaran bahwa kita, di dalam rasa kesepian ini, sebenarnya tidak sendiri. Kita merasa sendiri karena orang-orang seperti kita memutuskan untuk tidak perlu membicarakannya atau bahkan sampai mengumbarnya di muka publik. Kita memutuskan menikmati kesendirian ini dengan menulis di jurnal pribadi saja, di blog pribadi yang juga jarang dibaca orang, di lukisan-lukisan yang disembunyikan di laci kamar, di tanaman-tanaman muda yang tumbuh subur di halaman, di ide-ide yang mengalihkan pikiran yang kesepian. Kita tampak sendirian karena orang-orang seperti kita tidak menuliskan perasaan ini di kertas dengan huruf besar-besar dan membawanya kemana-mana agar semua orang melihatnya. Kita tampak sendirian karena orang-orang seperti kita percaya bahwa cara terbaik mengeluhkan hal ini hanyalah melalui sejadah, atau renungan di pagi yang sunyi, atau perbincangan dengan semesta di alam terbuka. Kita percaya sebenarnya kita ga sendiri. Dan adalah hal yang amat mudah untuk tuhan memberikan teman. Semua akan ada waktunya. Waktunya hati merasa lega, karena akhirnya ruang yang kosong itu akhirnya terisi. Lega karena akhirnya jeda yang panjang itu dipenuhi dengan rasa. Rasa yang baik, yang diridhai olehNya. 

Komentar

Postingan Populer