yang pasti membunuhmu adalah rasa sepi. membunuh pelan-pelan seperti air yang menciptakan lubang pada bebatuan. kau seolah berjalan pada sebuah hutan pinus yang seharusnya terasa teduh dan menenangkan. namun langkah-langkahmu yang berat hanya menarik keresahan. dalam benak, sinar matahari yang menembus perdu-perdu hangat menjadi sangat sunyi. dalam benak, ranting lemah dan dedaunan basah di muka tanah menjadi sangat liat dan dingin di telapak kaki. kau berhenti sejenak. merumuskan kebahagaiaan yang tercecer di balik bayang-bayangmu, merapalkan mantra-mantra bahagia di udara, menangkap sebanyak-banyaknya cahaya untuk menyinari ruang hatimu yang redup.

kau kesakitan.

sakit dengan perasaanmu sendiri yang telah terlalu entah, terlalu jauh berlabuh, terlalu jauh berkelana, terlalu jauh tersesat. kau kesakitan karena kau kehilangan obat, kehilangan arah, kehilangan tujuan, kehilangan pegangan. kau kesakitan dalam raga yang utuh dan baik-baik saja.

kau kelelahan.

kau lelah dengan segala bentuk permainan, pencarian, petak umpet, teka-teki, mimpi-mimpi, tebak-tebakan, firasat, pertanda alam yang ternyata tidak membawamu kemanapun, tidak mengantarkanmu pada siapapun.

sepi ini begitu berhasil berkelindan dalam hatimu yang rawan, mencerabut akar-akar keyakinan yang layu tak disiram, yang kecil gagal bertumbuh, yang renta tak bertunas.

sepi ini menghardikmu dalam diam, menikam lewat senyum yang tiada.

Komentar

Postingan Populer