di penghujung bulan mei saya belajar akan satu hal, bahwa kesombongan sungguhlah benar sama pengaruhnya seperti api yang membakar kayu dan ranting kering. menghanguskan, menghabiskan, melenyapkan. dan kesombongan yang begitu liar itu juga licin seperti belut, begitu mudah masuk ke celah-celah hati, menyelinap, lalu berubah bentuk lagi jadi batu, mengendap.

kadang di sebuah pergerakan kita merasa sudah melakukan banyak hal baik. sudah berbuat ini . sudah memberi itu. padahal tanpa disadari banyak sekali orang-orang disana melakukan hal yang lebih baik, lebih apik, lebih rapi, lebih berdampak, dan bersikap biasa-biasa saja dengan perbuatannya.
kadang dengan main beberapa kali ke panti asuhan hati sudah sombong. memberi donasi beberapa kali hati sudah sombong. mencipta beberapa karya hati sudah sombong. padahal tanpa kita tahu begitu banyak orang-orang baik, hebat, mantab, kuat, cerdas, berdampak, melakukan semuanya melalui jalan sunyi. sibuk menyusun rencana demi rencana untuk mengalirkan kegelisahan di kepala, mengeksekusi mimpi demi mimpi untuk kebaikan orang lain.

sombong hanya akan meninggalkan satu hal, rasa malu.

maka itulah yang saya rasakan. saya malu karena kesombongan pernah melakukan a, memberi b, mencipta c, merencanakan d. saya malu karena kesombongan ini semakin membuktikan saya belum melakukan apapun. saya malu karena kesombongan ini pernah begitu nyata. saya khawatir kesombongan ini masih sangat lekat di dalam hati.

-catatan yang dibuat untuk mengeluarkan uneg-uneg di kepala-

Komentar

Postingan Populer