Dalam Satu kali Scroll

Belakangan ada beberapa pokok ide dan gagasan (juga masalah) yang berseliweran tumpang tindih di pikiran. Dan demi mengurai keributan di kepala itu saya mencoba mencari solusinya satu per satu. Pencarian solusi ini kemudian mengantarkan saya kepada ingatan akan seorang teman yang mungkin bisa membantu memecahkan masalah, teman yang mungkin sudah setahun ini tidak bertukar kabar, terakhir yang saya ketahui dia sudah menikah, mengirimi saya undangan tapi saat itu saya tidak bisa menghadirinya. Setelah mencari namanya di ponsel dan tidak ketemu saya memutuskan mencari di daftar teman facebook. Mungkin kalau di ponsel nomor bisa hilang tapi kalau di facebook selama tidak unfriend berarti masih aman kan?

Setelah mengingat memiliki teman yang saya kira dapat membantu menyelesaikan masalah, ternyata masalah masih berlanjut, saya lupa nama lengkapnya. Saya mencoba mengetik nama panggilannya tetapi tidak ada petunjuk yang muncul di bar search. Barulah saya ingat di facebook sepertinya ia tidak mencantumkan nama aslinya melainkan ya sebutlah nama alay, yang merupakan satu hal yang sering saya keluhkan, karena kalau dalam keadaan butuh begini pasti namanya akan sulit dicari di daftar pertemanan manapun. Malam ini pencarian saya berakhir nihil, tetapi proses mencari nama dalam daftar teman di facebook mengantarkan saya ke pemikiran yang lain lagi. 

Dari seribu sekian teman dalam daftar, saya melihat banyak sekali foto profil dengan beraneka pose, latarbelakang, dan kualitas gambar. Cukup hanya dengan scroll beberapa menit kenangan akan teman-teman membanjir tanpa ampun. Lihatlah, mulai dari teman tk, sd, smp, sma, kuliah, kerja, komunitas, keluarga, tetangga, teman main, teman mbolang, teman blogger, teman menulis, teman yang bahkan tidak pernah bertemu sama sekali karena berteman di facebook hanya berlandaskan ketertarikan kepada profil yang juga maya (hampir semua orang di zaman ini sepertinya punya teman macam ini  kan?).

Dari hanya satu kali scroll daftar nama teman itu saya bisa lihat mana yang mengganti fotonya dengan kondisinya yang terkini dan mana yang membiarkan foto profilnya berdebu bertahun-tahun tanpa menggantinya. Dari hanya satu kali scroll daftar nama teman saya melihat mereka yang akhirnya menikah, mereka yang akhirnya memiliki anak, mereka yang memiliki anak tapi masih pakai foto profil waktu single, mereka yang sudah gemuk sekarang tapi masih pakai foto profil waktu masih kurus, mereka yang sudah sukses berkarier tapi masih pakai foto profil zaman sma, mereka yang bertunangan dengan teman kecilnya, mereka yang sudah berkeliling dunia dan menjajaki negeri-negeri asing, mereka yang sudah pintar dandan, mereka yang dulu malu-malu dan kini rajin selfie, mereka yang beberapa begitu hebat tapi tak hendak memperlihatkan apapun alih-alih memilih memasang foto profil yang sengaja dideit gelap, hitam, blur! 

Dari hanya satu kali scroll wajah-wajah itu berjejer di layar laptop, tersenyum kepada saya, tersenyum kepada pasangan di sebelahnya, tersenyum dengan keluarganya, tersenyum dengan rekan kantornya, tersenyum dengan dirinya sendiri dan kamera selfienya, tidak tersenyum, atau tersenyum misterius di balik kacamata, atau senyum diwakili pasangan atau bayinya. . 

Berapa usia akun facebook saya? 10 tahun barangkali. Berapa usia hubungan pertemanan saya dengan mereka? Tentu jauh dari itu. Saya masih mengenali banyak dari mereka hingga saat ini, menjaga silaturahmi, bahkan menjadi saksi proses hidup mereka di dunia nyata. Dari foto profil dan kenyataan yang ada saya bisa tahu seberapa jauh persamaan dan perbedaan kondisi mereka dengan dunia nyata. Ada yang tampak bahagia padahal saat ini tidak sebahagia fotonya, Ada yang tampak tak menarik padahal saat ini hidupnya sangat membahagiakan baginya. Dari mereka saya belajar, bahwa yang terlihat di dunia maya benarlah tak selalu berbanding lurus dengan di dunia nyata. Dari mereka saya belajar untuk lebih mensyukuri hidup saya saat ini, yang tampak biasa-biasa saja di dunia maya tetapi di dunia nyata Allah memastikan rezeki saya cukup, tidak berlebih, alhamdulillah. Karena barangkali di era cyber macam ini menjadi penting untuk manusia menyadari bahwa kebahagiaan di dunia nayata jauh lebih hakikat dibandingkan jumlah teman, follower, likes, dan love di dunia maya yang semu belaka

Banyak teman media sosial yang saya ketahui pasti keadaannya di dunia nyata saat ini namun tanpa bisa saya hindari banyak pula teman-teman yang saya tidak tahu kabar mereka sama sekali. Lihatlah kami berteman di facebook, instagram, line, twitter tapi bahkan kami tidak pernah saling sapa, tidak tahu kabar satu sama lain. Teman-teman yang rasanya juga aneh hendak menyapa duluan karena di dunia nyata sendiri sejak dulu tidak dekat-dekat amat. Tapi sekali lagi kita berteman bukan? Maka ga salah dong kalau saya jadi akhirnya bertanya-tanya juga, apa kabar mereka? Sehatkah? Apakah orangtuanya masih ada semua? Kerja dimana sekarang? Sudah menikah apa belum? Dan yang terutama, di balik senyum cerah ceria foto profil facebook itu, sungguh bahagiakah mereka di dunia nyata?

Entahlah, pertanyaan-pertanyaan itu meluber tumpah di pikiran saya yang sudah penat malam ini. Tak hendak juga mencari tahu kabar mereka semua, karena apa? ya karena rasanya juga belum terlalu penting. Nanti saja semoga ada waktu memperbaiki kualitas pertemanan, setidaknya dengan menyapa atau minimal mendoakan yang terbaik. Ya, doa ternyata memang bentuk kasih sayang yang padahal paling tulus, tapi ternyata memang sebenarnya paling mudah karena untuk berdoa ya cukup diucapkan setulus mungkin di dalam hati, tidak diperlukan pertemuan, tidak harus juga saling sapa, atau bahkan sesederhana tidak perlu scroll daftar teman di facebook. 

Komentar

Postingan Populer