Seruni dan Darto

Seruni tidak dapat tidur malam ini. Entah apa yang ada di pikirannya tapi memang kadang malam-malam seperti ini bisa saja menghampirinya sekali dua dalam satu siklus bulan purnama. Malam-malam ketika lelah terasa di sekujur badan yang seolah-olah mau rontok tapi tak juga kedua mata mengantuk dan menurut untuk diajak tidur. Seperti malam ini, lagi-lagi Seruni tidak dapat memejamkan mata. 

Menurutnya tidak ada sesuatu yang benar-benar membebani hatinya saat ini. Seruni tidak punya hutang, tidak ada janji yang mempet tanggal, tidak ada yang sedang bikin kesal, tidak ada yang sedang mengejar-ngejar dan bikin risih, juga tidak ada yang benar-benar dirindui hingga gelisah semalaman. Tetapi nyatanya ia tetap tak dapat tidur. Hanya ada kipas angin yang menderu lembut juga langit-langit putih yang sepi dari cicak lewat. Seruni bertemankan buku dan gawai kemudian memilih untuk membaca keduanya bergantian. Sesekali buku, sesekali cek instagram. Sesekali buku, sesekali buka grup whatsapp. Lalu sampailah kemudian sesekali buku, dan sesekali scroll chat Line. Seruni seringkali mengeluhkan mengapa ada begitu banyak sosial media yang menyediakan layanan chatting paripurna. Seruni bukan tipikal orang yang gemar banyak-banyak sosial media, bahkan path yang sedang ngetren saja ia tidak punya. Untuk layanan chat sebenarnya hati memilih whatsapp, tetapi akhirnya Line tidak juga dihapus karena di sana ada grup masa SMP yang Seruni merasa tidak rela jika harus left dan ketinggalan kabar kawan-kawan lama. Selama beberapa tahun hanya grup itu saja yang menjadi alasan Seruni masih mempertahankan Line masih hidup di dalam gawainya, sampai ada satu ruang chat lagi yang akhirnya lebih aktif daripada ruang chat grup SMP. Ruang chat yang akhirnya menjadi alasan Seruni samasekali tidak kepikiran untuk menghapus aplikasi Line. 

Namanya Darto. Sudah beberapa bulan jadi teman chat yang akrab. Awalnya sih cuma curhat-curhat kehidupan sehari-hari dan ya ngobrol haha hihi melepas penat, tapi lama-lama Darto jadi orang yang paling tahu Seruni lagi apa, mau bikin apa, sedang dimana, sudah makan atau belum, sudah tidur atau belum, sudah cuci baju atau belum. Darto jadi lebih dari sekedar teman buat Seruni. Darto adalah teman yang bikin nyaman, begitu kira-kira. Salah satu yang sering dilakukan Seruni saat nganggur atau pingin nganggur sejenak adalah scroll chat sama Darto, seperti malam ini. Kadang-kadang Seruni heran juga, kok bisa chat jadi sebegini banyak padahal rasanya ya hanya ngobrol haha hihi. Tapi di antara banyak haha hihi itu kadang ada serius juga. Tentang cita-cita Seruni, lain waktu tentang mimpi Darto, lain waktu tentang komunitas yang Seruni ikuti, lain waktu tentang masalah-masalah Darto. Malam ini Seruni scroll agak lama chat mereka, memanjat ke atas menyusuri sulur-sulur chat yang sudah terlampau panjang selama beberapa waktu. Dan Seruni terhenti di sebuah chat yang berusia seminggu (atau dua minggu?). Sebuah pertanyaan dari Darto, "Seruni, adakah yang kamu takutkan tentang aku?"

Seruni menimang-nimang gawai hitam itu, Di antara deru kipas angin dan detak jam 02.00 dinihari Seruni masih memelototi layar gawai yang berpendar penuh semangat. Meski sebenarnya matanya sudah cukup lelah dan sedikit perih, tapi masih saja diamati satu per satu huruf yang diketik Darto di seberang pulau sana lalu kemudian sampai di dalam gawainya di seberang sini, di kota ini, di rumah ini, di kamar ini, di dalam gawai hitam berlayar sentuh yang sedang ada di dalam genggaman Seruni. Ia ingat ini adalah kedua kalinya Darto menyampaikan pertanyaan yang sama. Dan untuk kedua momen itu Seruni tidak satupun menjawab di antara keduanya. Bukan karena apa sih, sebenarnya alasannya sepele banget. Seruni tidak menjawab karena ya ga tau jawabannya. Lagipula Darto ini rasa-rasanya kasih pertanyaan kok ya aneh. Memangnya ada apa gitu, kok Darto merasa ada kemungkinan Seruni takut sesuatu tentang dia, sampai-sampai itu harus ditanyakan bahkan sampai dua kali? Apakah Darto ini sebenarnya penjahat? Ataukah Darto ini orang baik yang berpotensi menjahati dirinya? 

Sepanjang pertemanan ini Seruni merasa Darto pria yang baik dan tidak aneh-aneh. Disebutkan demikian karena ya memang Seruni sudah pernah berinteraksi dengan yang tidak baik dan aneh-aneh. Yang pembohong? pernah. Yang suka pamer? pernah. Yang otaknya ngeres? pernah. Yang meremehkan perempuan? pernah. Yang sok pingin ngatur? pernah. Tapi sih selama ini Darto rasanya baik-baik saja, karena kalau nda baik nda mungkin juga Seruni mau berteman sampai tanpa sadar ternyata sudah hampir setahun ini usia pertemanannya. Maka akhirnya pertanyaan itu tidak bisa dijawab melainkan berupa pertanyaan lainnya berupa, "Adakah yang memungkinkan aku menjadi takut padamu atau takut untuk sesuatu tentangmu, wahai Darto?"

Itu kemungkinan jawaban pertama.

Kemungkinan kedua, ini tentang sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan gamblang oleh Seruni, tetapi rasanya ia sebagai perempuan dapat memahami suatu maksud dari pertanyaan yang dua kali disampaikan itu. Seruni mungkin ge er dan biarlah anggaplah Seruni ge er, tapi di kemungkinan kedua ini Seruni menangkap maksudnya mungkin adalah Darto hendak melakukan langkah yang lebih jauh dalam hubungan pertemanan yang mana dalam hubungan pertemanan yang hendak dijajaki itu Darto ingin semua dijalani dengan perasaan yang lepas, tenang, damai, tanpa beban, dan sudah saling nrimo, Mungkin Darto hendak bertanya, adakah barangkali yang masih mengganjal di hati Seruni jika dan hanya jika Darto mengajak ia berteman yang lebih serius bentuknya. Adakah yang masih dikhawatirkan Seruni tentang sesuatu yang mungkin tidak baik atau dirasa tidak sreg atau kurang pas atau kurang klik dari dirinya? Adakah kemungkinan Seruni tidak menghendaki bentuk pertemanan yang lain selain yang begini saja, berteman yang seadanya saja? Begitukah maksudmu, Darto? Jika maksudnya begitu, maka jawabannya pun tetap sama sih, Seruni tidak tahu. Atau barangkali belum tahu. 

Tetapi satu hal yang kemudian muncul di benaknya manakali kemungkinan-kemungkinan pemikiran itu berseliweran di kepala adalah, mungkin yang menakutkan itu bukannya dari Darto, tapi dari dalam diri Seruni sendiri. Seruni tidak takut Darto menyakitinya, Seruni takut dengan trauma pernah disakiti di masa lalu. Seruni tidak takut Darto membohonginya, Seruni takut dengan trauma penah dibohongi di masa lalu. Seruni tidak takut Darto menjalin hubungan dengan perempuan lain, Seruni takut dengan trauma pernah diselingkuhi di masa lalu. Mungkin dan jika mungkin dapat dijabarkan dalam kata-kata, itulah yang sesungguhnya dirasakan Seruni. Seruni masih trauma dan trauma itu disadari atau tidak masih hidup di dalam dirinya. Jika masih ada benda asing menjengkelkan macam itu di dalam hati, siapapun yang datang tetap saja akan menerima respon yang sama. Jadi mungkin bukan sesuatu yang ditakutkan dari Darto, tetapi ketakutan yang masih hidup di dalam diri Seruni itulah inti permasalahannya. Dengan begitu Darto bisa melakukan apa? Satu-satunya yang bisa dilakukan ya sabar. Sabar karena Seruni inshaallah tidak juga selamanya seperti itu, hidup bersama bayang-bayang trauma masa lalu meski memang masih butuh waktu yang lama untuk sembuh dan menerima kepercayaan diri lagi, bahwa ia adalah perempuan yang layak menemukan lelaki baik, yang tidak akan menyakiti dan sungguh-sungguh membuktikan dalam menyayangi.


Tapi kan itu kemungkinan.

Wong aslinya Seruni aja ga tahu maksudnya maksud sebenarnya Darto bertanya demikian. Mungkin aja Darto cuma iseng, atau salah ketik, atau ngantuk, atau capek. Seruni menutup gawainya bersamaan dengan menutup ekspektasi apapun di kepalanya. Tapi ia masih belum juga bisa menutup mata sementara jarum jam sudah menyapa angka tiga

Komentar

Postingan Populer