surat dari perempuan yang bertepuk sebelah tangan


perkara perasaan ternyata memang rumit sekali karena kita tidak pernah benar-benar kuasa dengan apa yang terjadi di dalam hati kita sendiri. dan inilah aku. membatalkan banyak janji hanya untuk meluangkan waktu, berselisih jarak satu orang hanya untuk merekam engkau di dalam ingatan. ini menjadi momen yang sangat penting karena kurasa ini satu-satunya kesempatan yang kupunya. inilah aku, yang tidak kuasa dengan hujan perasaan yang disiramkan tuhan di balik senyum dan tawaku yang begitu terasa kubuat-buat untuk meredakan gejolak diriku sendiri. aku tidak benar-benar tau apa namanya ini. sama tidak tahunya aku tentang sejak kapan ini terjadi. sejak kapan perutku selalu sakit dan dadaku selalu bergemuruh hanya dengan mengingat kau. sejak kapan airmataku ingin menetes dan senyum yang tipis dan samar dan dipaksa tertahan ini selalu ada hanya dengan mengingat engkau.

aku tau aku akan patah hati jika caranya seperti ini.

jelas patah hati karena tentu bukan aku perempuan yang kau cari sebagai teman yang dengan ringan hati kau perkenalkan kepada orangtuamu. aku tau diri.

aku toh memang sudah patah hati dari awal.

untuk semua hal yang aku tidak ingin tahu tapi nyatanya toh aku tahu juga. informasi yang datang membanjir dan seolah-olah seperti surat-surat tanpa akhir dari semesta yang ingin menertawakan perasaanku yang bertepuk sebelah tangan. tetapi meskipun begitu perasanku toh tak surut  jua. satu hal yang aku sendiri tidak mengerti. satu hal yang aku sendiri samasekali tak memiliki kuasa untuk mengendalikannya. 

aku memang sudah patah hati

tapi aku bersyukur dengan perasaan ini

karena setidaknya pertemuan dengan engkau membuatku sadar bahwa jantung hatiku masih hidup dan hal-hal macam perasaan atau harapan ternyata masih bisa tumbuh. 

untuk hal tersebut, kuucapkan terima kasih.


satu hal yang kemudian kusadari adalah.. aku tidak ingin mengganggumu, bahkan meskipun mungkin aku bisa melakukannya. biar ini menjadi rahasia yang manis dan sekaligus getir untuk diriku sendiri. biar airmata ini hanya sebatas pada pelupuk dan tak perlu ada yang melihatnya mengalir. biar debar ini berdebur begitu lebur tanpa perlu ada yang tau bentuk gemuruhnya. biar cintaku hilang dan kembali bersama angin tanpa perlu khawatir kemana terbangnya. 

aku sendiri sadar ternyata melihatmu dari jarak yang aman ternyata tidak cukup. tetapi aku juga sadar ada begitu banyak sulur-sulur yang telah mengatur perjalanan pertemuan ini sehingga tak ada lagi yang bisa kulakukan selain pasrah. ada banyak.. banyak sekali.. yang di luar kendaliku.. di luar kuasaku.. permainan semesta yang bikin gemas sekaligus lemas.. skenario langit yang hanya mampu kuhadapi dengan hela napas panjang dan berkata.. "apa yang terjadi, sungguh terjadilah.."

jadi.. dengan begitu.. rasanya hanya akan melelahkan hati kalau aku jadi perempuan yang agresif dan ngoyo. lagipula toh tidak seperti itu aturan yang kupahami. lagipula toh apalah artinya satu dua letupan dibandingkan dengan nilai baik pertemanan. dan lagipula toh jodoh sudah ada yang mengatur.

maka aku memutuskan pasrah. 

pasrah dengan perasaan yang membuncah dan rasanya bikin jungkir balik ini. 

tetapi setidaknya untuk satu hal aku sangat senang dan lega. saking leganya sampai kupikir mungkin ini alasan langit memberikanku kesempatan bertemu dengan engkau di dalam pertemuan yang memungkinkan aku, makhluk yang serba sulit mengutarakan perasaan ini, untuk sekedar menyampaikan bahwa.. aku masih sendiri. bahwa kau salah menduga tentang aku yang kau pikir sudah ada yang punya. aku lega kau telah menanyakannya dan aku lega telah mengklarifikasinya. 

aku lega selega-leganya.

setidaknya jika bagimu memang bukan aku orangnya, itu terjadi bukan karena sebuah kesalahpahaman. sesederhana itu saja harapanku.

jadi baiklah, kuucapkan terima kasih banyak kepada langit yang telah mengatur sedemikian rupa satu lagi pelajaran rasa agar aku semakin dewasa dalam menghadapi rasa. aku selalu berharap semua baik. dan toh semua lahir dengan garis takdirnya masing-masing. memahami hal-hal macam ini terjadi di dalam tubuhku yang kecil ini, aku merasa semakin kecil sekaligus semakin kuat menerima kasih sayang dari semesta. dan kau, terima kasih sudah ada ya. terima kasih sudah membuat hatiku semakin kaya. terima kasih sudah membuat hidupku semakin hidup. terima kasih sudah menjadi pemicu hatiku untuk belajar pasrah. belajar ikhlas. belajar berserah. semakin kuat mengikat cinta kepada semesta.


Komentar

Postingan Populer