Aku dan Teks

Terkadang aku merasa teks, baik itu berupa artikel, cerpen, puisi, novel, surat atau apapunlah memiliki kemampuan besar untuk menarikku dari diriku sendiri yang ada saat ini; yang tingal di balikpapan, yang perempuan, yang berkerudung, yang anak kedua dari tiga bersaudara, yang berusia 25 tahun dan kadang galau soal jodoh, yang jadi admin kantor dan kadang masih ingin menangis lihat seragam putih-putih. 

Teks lah yang mampu menarikku dari semua diriku itu menuju diriku yang lain; yang diam, yang bertanya tiada henti, yang mencari entah apa, yang begitu mudah bergetar dan menangis. Hanyalah teks, yang mampu menyedot aku yang ada menjadi semakin ada tetapi entah di mana, entah sebagai apa, entah sebagai siapa.

Teks lah pelakunya, yang mampu membuatku terombang ambing untuk paham apa itu tegar, yang mampu membuatku pusing untuk paham apa itu lega, yang mampu membuatku bertanya untuk paham apa itu sabar dalam mencari jawab, yang mampu membuatku gelisah untuk paham kegelisahan adalah indikasi baik dalam hidup manusia yang berpikir. 

Tapi aku pun mengerti aku tak bisa selalu hidup di dalam teks-teks itu. Tidak adil untukku dan untuk orang-orang yang telah membantuku menyulam jaring-jaring kehidupan menjadi sebegini rumit tapi indah. Dan demi orang-orang itulah, aku memutuskan tidak selalu membiarkan diri terjebak dalam teks. 

Komentar

Postingan Populer