Dua Puluh Lima

Awal November kemarin ada seorang teman yang berkunjung ke rumah. Tujuannya untuk memberi file foto-foto kegiatan Ruang Aksara 2016. Mba Gladys namanya. Dia datang dengan gojek tanpa memberi kabar lebih dulu seolah yakin saja kalau saya ada di rumah. Di rumah seperti biasa Mba Gladys kemudian masuk ke kamar saya. Ia melihat jam dinding putih berhias clay dengan bentuk perempuan-perempuan berkerudung warna-warni. Ia mengamati nama-nama yang tertera di bawah 11 clay berbentuk perempuan berkerudung yang mewakili angka 1 - 11 di permukaan jam. Sebagai pengganti angka 12 di jam itu ada clay yang dibentuk dengan menggurat angka kelahiran saya. Mba Gladys menatap lamat-lamat dan mengeja lembat-lambat angka kelahiran saya itu, lalu menoleh ke saya yang sedang meng-copy file di laptop sambil berkata "kamu sih ga woro-woro tanggal ulangtahunmu". Saya tersenyum dan menjawab "aku memang ga pernah woro-woro tanggal ulangtahun. Mereka yang kasih hadiah itu selalu tahu sendiri ulangtahunku tanggal berapa, Mba."

Ya, demikianlah kenyataannya. Saya bukan tipikal orang yang bisa dengan mudah bilang "hai, aku tanggal segini ulang tahun lho". Entah. Saya merasa bicara demikian itu terdengar terlalu narsis meski banyak yang melakukannya dan hal itu sah-sah saja. Saya juga bukan tipikal orang yang mudah meninggalkan jejak tanggal ulangtahun di sosial media. Ya, jujur, saya pun sebenarnya menyertakan tanggal lahir yang bisa dibaca siapapun di sosial media, tetapi hanya di sosial media-sosial media tertentu yang jika ada yang membacanya berarti hampir bisa dipastikan yang menemukannya adalah salah satu dari dua tipe orang : type 1. orang yang benar-benar memiliki minat yang sama dengan saya dalam hal membaca sehingga tidak sengaja menemukannya dan type 2. orang yang benar-benar ingin tahu siapa saya  secara lebih mendalam (baca: kepo).

Jujur, kadang sebenarnya ada kekhawatiran tentang betapa akan sangat sedih rasanya jika orang-orang samasekali tidak ada yang ingat ulangtahun saya dan saya harus menjalani ulangtahun ini sendirian. Kadang pengen juga lho dikasih ucapan ramai-ramai di facebook, dirayakan ramai-ramai sama teman-teman, seperti yang biasanya sudah terjadi. Tetapi setiap kali hendak merubah tanda private menjadi tanda public pada informasi tanggal lahir saya teringat kembali bahwa sejak awal saya sudah berharap untuk diberi ucapan, saya berharap pada manusia, saya berharap untuk diingat, dan entahlah hal macam itu membuat saya merasa malu sendiri. Saya merasa tidak tulus menghadapi diri sendiri. Ribet ya?? hehe ya begitulah adanya. Dan begitulah terus kemudian akhirnya selalu saya urungkan rencana sepele untuk merubah status private menjadi public. Biarlah hal-hal privasi macam ini dirayakan sendiri saja.

Pada akhirnya saya selalu kembali kepada kebiasaan purba diri sendiri, bahwa mengetahui siapa-siapa saja yang benar-benar mengetahui tanggal lahir saya akhirnya mewujud menjadi semacam filter, saya bisa tahu siapa-siapa saja di dunia ini yang benar-benar peduli dengan saya. Boleh jadi hanya dua tiga nama tetapi bagi saya itu sudah jauh jauh lebih dari cukup jika mereka benar-benar mengingatnya karena memang mengingatnya, bukan karena diingatkan oleh mesin apapun. Kehadiran orang-orang seperti ini di dalam hidup saya secara bertahun-tahun mampu memberi saya energi yang berlipat-lipat untuk lebih mensyukuri hidup bahwa saya memiliki hubungan yang intim dan sangat mendalam dengan beberapa orang.

Tahun ini saya pikir lagi-lagi saya akan merayakan ulangtahun sendirian. Seperti yang sudah-sudah, paling banyak hanya sekitar 2-3 orang yang ingat selain keluarga tentunya. Saya pikir saya akan masuk goa seperti biasa, merenung lebih banyak seperti biasa, dan menghabiskan sepanjang hari ulangtahun dengan mengobrol hanya bersama orang-orang tertentu seperti biasa. Namun sepertinya tahun 2016 bukanlah tahun biasa. 

Sejak pergantian hari pada pukul 00.00 sudah ada kejutan pertama yang datang ke rumah dalam wujud orang-orang asing yang saya yakin sangat baik, karena bersedia untuk datang, mencari rumah yang tidak tahu di mana, mencari saya yang mereka juga belum kenal sebelumnya, sekedar untuk membawakan kue, menyanyikan lagu selamat ulang tahun, dan menyampaikan salam dari seseorang yang jauh. Siang hari saya lalui dengan senyum karena mendapat kiriman video Soca dari bapak Agust. Begitu juga ucapan-ucapan dari orang-orang yang saya tidak menyangka mereka masih mengingatnya.

Kejutan selanjutnya saya dapat sore hari sepulang kerja ketika sebuah paket datang ke rumah, berisi sebuah kartu ucapan sederhana dan puisi yang sangat manis. Untuk hal ini saya betul-betul tidak mampu menahan airmata saat membacanya. Berlanjut setelah magrib merayakan ulang tahun secara sederhana bersama keluarga dan kemudian keluar untuk main sama sisi. Setelah bertahun-tahun, akhirnya saya bisa merayakan ulangtahun secara langsung bersama sahabat terbaik. Meski hanya dengan berkeliling kota boncengan naik motor berdua, mampir ke kedai kopi dan makan bakso langganan, tapi itu sudah lebih dari cukup. 

Hadiah dari semesta pun ternyata mengalir begitu sejuk. Semesta memberi saya hadiah dalam wujud terselanggaranya Ruang Aksara dan kesempatan untuk berangkat ke Palu dalam rangka gelaran Festival Literasi 2016. Di dalam paket-paket itu semesta menyisipkan kembali hadiah-hadiah kecil yang sangat manis berupa pertemuan dengan orang-orang yang memenuhi hati saya dengan inspirasi kebaikan. Bulan Oktober sempurna menjadi bulan di tahun 2016 di mana saya banyak dipertemukan dengan orang-orang baru yang sangat inspiratif. Dan itu sangat membahagiakan.

Saya pikir perayaan akan usai setelah festival literasi usai, yaitu tepat seminggu setelah ulangtahun. Tetapi kejutan ternyata masih berlanjut hingga akhir bulan, ketika teman-teman dekat semasa kuliah mengirimkan bingkisan ulangtahun berupa jam dinding yang kelak dilihat Mba Gladis tergantung di dinding kamar. 

Well, lagi-lagi sebenarnya saya merasa menuliskan artikel ini sungguhlah sangat narsis. Bahkan perlu waktu satu bulan untuk memastikan diri bahwa tulisan ini memang layak dipublikasikan. Tapi biarkan kali ini menjadi pengecualian. Artikel ini saya buat bukan untuk diri sendiri melainkan untuk mereka yang telah dengan tulus mengingat tanggal ulangtahun saya dan bersedia meluangkan waktu untuk mengirimkan doa. Kepada Mas Panji dkk (Mas Bayu dan dua lainnya yang saya lupa namanya), Mas Agust, Sishi, Kak Sari, A Ceng, Mas Andri, Mba Rina, Mas Oman, Ibu, Bapak, Danar, Ibu Sishi, Mba Nina, Dieta, Isti, Ipeh, Ten 1 (Mega , Rosa, Tika, Arien, Chicha, Anis, Sanis, Yuli, Fuji, dan Intan) dan teman-teman yang mungkin saya luput menuliskan namanya di sini. Terima kasih banyak sudah menemani saya membuka portal seperempat abad kehidupan dunia. 25 bukan lagi angka yang sedikit dan doa kalianlah yang akan menemani saya mengarungi petualangan hidup yang lebih menyenangkan di depan. Sekali lagi terima kasih banyak :')














Komentar

Postingan Populer