kita tidak pernah tahu jalan takdir Allah.

kita cuma bisa berusaha

bertemu untuk belajar
bertemu untuk belajar
bertemu untuk belajar

begitu banyak yang menemukan dan kutemukan. meski demikian aku sendiri tak pernah tahu mana yang diciptakan untukku.

aku pernah beberapa kali bertemu orang yang baik yang kupikir dan kuharap waktu itu bisa menjadi yang terakhir. tapi selalu ada semacam batas yang tidak mampu kujelaskan. ketika batas itu tersentuh, aku pun memutuskan mundur tanpa banyak bertanya. aku selalu percaya ada Allah yang menjagaku dengan caraNya, memberitahu aku bahwa dia dan dia dan dia yang dulu itu ternyata bukan yang orangnya. 

kadang aku keras kepala, berusaha mengulur batas itu sampai selonggar-longgarnya. mengikuti persepsi diri yang tentunya dominan perasaan. yang kudapat kemudian hanya rasa sakit yang mendalam. yang kudapat kemudian pelajaran.

kini aku sampai di titik yang sama lagi. ada batas yang membayang di ujung sana. batas yang membuatku khawatir karena aku betul-betul menginginkan hal ini meski aku masih juga tidak itu hal ini baik atau tidak untukku. baik atau tidak untuknya. baik atau tidak untuk kami..

aku khawatir aku tidak ikhlas jika yang satu ini harus terlewat lagi

aku sering sekali berandai-andai tentang sesuatu yang manis, atau penuh romantisme. aku sering berandai ada orang yang mengusahakanku di luar sana, yang datang sebelum batas itu lagi-lagi membentang. aku sering berandai waktunya segera tiba. segera tiba. segera tiba..

tapi kemudian aku sadar bahwa ini bukan sekedar romantisme belaka. ada banyak faktor dan sulur tak kasat mata yang memilin hidupku dan hidupnya. aku pun berintrospeksi apakah aku benar-benar siap ataukah aku hanya sekedar ingin karena melihat teman-teman yang lain. apakah hatiku sudah siap, apakaha ilmuku sudah siap, apakah imanku sudah siap?

sungguh sesuatu hal yang berat untuk mengikhlaskan hal yang kamu pikir paling kamu inginkan. sungguh hal yang berat untuk merelakannya dan menyerahkannya, menyadarkan dirimu sendiri yang sudah terlalu banyak didominasi perasaan dan harapan, bahwa tidak semua yang kamu ingin bisa menjadi milikmu. 

kamu belajar ikhlas meski itu sangat... berat

Pada akhirnya, kamu hanya bisa menunggu dan berdoa. menyerahkan kembali semua kepada pemilik hatimu dan hatinya. memercayakan bahwa Dia telah menuliskan skenario terbaik. skenarioNYA, bukan skenariomu..



Komentar

Postingan Populer