Terima Kasih Banda Neira

Hari ini pagi-pagi sekali ketika saya memeriksa roomchat whatsapp ada seorang teman di salah satu grup yang bilang kalau duo Banda Neira bubar. Chatnya sekitar jam 1 pagi. Setelah membaca itu saya langsung respon kalau mereka tidak bubar, hanya vakum, karena mba Rara sedang di luar negeri. Tapi setelah saya ketik chat seperti itu saya sendiri jadi sadar kalau cukup lama tidak mengetahui kabar terbaru tentang duo kesukaan saya ini. Ya, lama juga mereka vakum sejak terakhir sekitar bulan Mei merilis lagu "Sampai Jadi Debu". Saya mengalihkan layar gawai menuju aplikasi instagram, buka akun @bandaneira_official, dan tercenung mendapati postingan terbaru mereka. 



Segera saya kembali ke roomchat grup terakhir dan merevisi chat saya sendiri. Benar ternyata duo indie ini membubarkan diri. Kami pun bersedih-sedihan bersama di dalam grup. 

Di dalam proses kehilangan umumnya tiap orang terlebih dahulu akan mengalami fase denial,  yaitu fase penolakan. Menolak kenyataan bahwa berita buruk itu benar-benar terjadi. Dan itulah yang saya rasakan pagi ini. Jujur sebenarnya, saat membaca postingan itu saya masih belum percaya kalau mereka benar-benar membubarkan diri. Bahkan saya sampai merasa harus buka instagram @rarasekar dan @anandabadudu juga untuk memastikan diri. Apa yang saya temukan kemudian? Mereka berdua menggunggah postingan yang sama. Rasa percaya saya baru benar-benar terkumpul ketika saya membuka twitter dan sudah banyak sekali respon dari pendengar Banda Neira tentang berita duka ini. Bahkan kata "Banda Neira" masuk di dalam daftar tren twitter seharian ini. Tweet - tweet itulah yang mampu menyadarkan saya kalau mereka benar-benar bubar. 

Dan itu menyesakkan sekali.

Saat ini, tak banyak musisi Indonesia yang benar-benar produktif dengan kualitas yang baik, musiknya enak didengar, liriknya menyentuh kalbu, serta memiliki idealisme yang masih dijaga. Bagi saya, Banda Neira adalah salah satu pion besarnya duo indie Indonesia. Mereka, Mba Rara dan Mas Nanda, memang selalu dan selalu bilang kalau Banda Neira sebenarnya hanyalah project iseng semata. Tapi keisengan khas Banda Neira sebenarnya bukanlah main-main belaka. Puisi yang ditulis Mas Nanda selalu kuat, musiknya menentramkan, suara emas Mba Rara menenangkan, dan pembawaan mereka berdua yang selalu santai mengalir cenderung masih polos banget tapi berkarakter kuat benar-benar bikin pendengarnya betah menyimak setiap musik dan lirik. Lagipula juga duo mana sih yang bisa membuat musikalisasi puisi menjadi populer sejauh ini selain duo Ari Reda? Banda Neira lah jawabnya. 

Setiap kali mengingat Banda Neira berarti mengingat momen pertama (dan mungkin terakhir) saya menyaksikan penampilan mereka secara langsung. Momen itu terjadi pada sebuah malam yang basah karena sore harinya hujan deras mengguyur Balikpapan di bulan Febuari tahun 2015. Acara sederhana namun intim bertajuk Raung Senja. Saya berangkat nonton Banda Neira dan Frau berdua dengan kakak setelah memesan tiket seharga 75 ribu rupiah seminggu sebelumnya. Sejujurnya waktu itu saya belum benar-benar tahu lagu-lagunya. Saya hanya tahu Banda Neira adalah duo indie dengan musik yang enak terutama juga karena ada Frau yang saya suka karena begitu cantik menyanyikan ulang "Sepasang Kekasih yang Bercinta di Luar Angkasa" milik Ugoran Prasad. Malam itu, untuk pertama kalinya melihat langsung Mba Rara dan Mas Nanda, mendengar lagu-lagu mereka, melihat salah tingkahnya mereka saat memberi sepatah dua patah kata di antara lagu, dan ya, menangis, saat menyaksikan penampilan mereka di tengah ruangan yang serba hitam, setting panggung yang begitu artistik, penonton yang duduk di karpet, dan lighting yang tidak menyilaukan mata. Sebuah malam yang benar-benar berkesan sampai saat ini. Setelah itu saya mencari sebanyak-banyaknya informasi tentang Banda Neira dan menjadi penggemar mereka

Tentang Banda Neira juga, ada satu hal yang terasa begitu sentimentil setiap kali mengenang duo ini. Sekitar awal tahun 2016 saya mengalami sebuah kehilangan yang cukup menguras kemampuan saya untuk mengendalikan hati dan pikiran. Saat itu, bertepatan sekali momennya dengan Banda Neira merilis album keduanya. Di dalam album kedua itu ada lagu yang sangat sangat hebat berjudul Yang Patah Tumbuh Yang Hilang Berganti.

Sejujurnya lagu ini benar-benar punya kekuatan magis yang dahsyat. Pertama kali mendengarnya dari fanpage facebook Banda Neira dan sejak saat itu saya selalu dan selalu membuka youtube untuk memutar lagu ini. Liriknya saya hapalkan dan saya rapalkan seperti mantra. Lagunya saya nyanyikan berulang-ulang pagi siang malam. Terdengar berlebihan kalau diceritakan sekarang, tapi seperti itulah memang keadaannya waktu itu. Di tengah-tengah kesulitan, keputusasaan, dan tekanan untuk kuat karena begitu banyak hal-hal yang harus lebih diprioritaskan waktu itu, lagu ini benar-benar menjadi teman yang menguatkan. Saya sampai share lagu ini di akun twitter, share di blog ini, bahkan juga share di facebook lengkap dengan liriknya yang notabenenya sebenarnya saya orang yang sangat amat jarang update status di facebook.

Momen yang sulit itu benar-benar mampu dilampaui dengan susah payah salah satunya berkat kekuatan yang diberikan oleh sebuah lagu. Lagu yang setiap kata dalam liriknya terasa sangat benar dan masuk tepat pada jantung hati. Kekuatan kata yang mampu membuat saya lumpuh tidak berkutik tak mampu berkelit dan kemudian mendapatkan suntikan semangat tak tertanggungkan bahwa segala sesuatu yang patah pasti akan tumbuh lagi, yang kehilangan pasti mendapat ganti, yang hancur selebur apapun pasti akan terobati, yang sia-sia selalu akan menjadi makna dan yang pernah jatuh pasti akan berdiri lagi. Lagu yang benar-benar menguatkan.




duo Banda Neira adalah salah satu musisi yang selalu saya tunggu karya-karya terbarunya. Mendapati kabar tentang berpisahnya mereka dalam berkarya sungguh membuat saya sedih. Tapi bagaimanapun keputusan yang mereka buat tetaplah harus dihormati. Saya masih optimis Mba Rara dan Mas Nanda akan tetap berkarya untuk bangsa meski melalui medium lain, meski bukan lagi melalui Banda Neira. Terima kasih banyak Mba Rara untuk suara emasmu yang tidak kamu nikmati sendiri selama beberapa tahun ini. Terima kasih Mas Nanda untuk puisi-puisimu yang tidak kamu simpan sendiri selama beberapa tahun ini. Terima kasih Banda Neira untuk semua keajaiban melalui musik, kekuatan melalui lirik, teman di kala sepi, pengisi daftar lagu berkualitas dalam negeri, dan tentunya kenangan manis selama beberapa tahun ini. Terima kasih pernah menghasilkan karya-karya yang indah dan membaginya kepada kami. Karya, apapun itu, akan selalu abadi. Banda Neira pun akan selalu abadi.

Yang patah tumbuh, yang hilang berganti.

Pendengarmu yang berterima kasih,
Ambar Sulistyowati

Komentar

Postingan Populer