Semesta Kata (2)

Waktu berjalan cepat. Masa wajib asrama pun terlewat. Di tahun kedua saya kembali pulang ke rumah di Jalan Bunga Cengkeh. Buku-buku pun berangsur-angsur kembali. Proses meminjamkan buku pun masih terus berjalan meski saya dan teman-teman sudah berpindah tempat tinggal bahkan jarang bertemu karena sering praktik di luar kampus. Kebiasaan membaca saya sangat terjaga. Selain membeli sendiri saya sering mendapat hadiah. Entahlah, di tahun-tahun itu seperti tidak ada hadiah lain selain buku. Tapi tentu saja saya senang, mendapatkan buku gratis.

Langsung loncat ya, ke tahun 2015. Ketika saya pulang kembali ke Balikpapan dan bertemu Mba Errie dengan segala komunitasnya. Balikpapan Menyala satu-satunya yang membuat saya jatuh cinta. Ketika pertama kali mengetahui ada komunitas ini, saya langsung yakin, inilah yang saya cari. Dan ternyata benar. Waktu berjalan, Balikpapan Menyala berkembang, mulai muncul ide untuk membuka taman baca sendiri di rumah. Saya mulai memikirkan nama. Saya menyimpan beberapa kata, bertanya ke beberapa orang, dan akhirnya memberi nama sendiri sebuah ide kecil ini. Namanya Semesta Kata. Apapun bentuknya, entah rumah baca, taman baca, TK, Paud, cafe, atau apapun itu nantinya, Saya ingin menamainya Semesta Kata. 

Semesta Kata pertama berbentuk taman baca mini, saking mininya wujudnya hampir tidak ada selain sebuah rak berwarna oranye dan beberapa buku. Buku itu kemudian dipinjam adik-adik di sekitar rumah dan masih terus berlangsung sampai sekarang. Semesta Kata belum berkembang dengan baik meski sukses menjadi tempat pinjam meminjam buku selama satu tahun pertama. Tahun 2016, semesta kata agak vakum, jumlah adik-adik yang meminjam buku tetap ada tapi berkurang. Dan saya tidak terlalu mengusahakan supaya suasananya kembali ramai. Energi itu tetap ada, tetapi mengalir dalam bentuk lain. Saya membuat project pribadi dengan nama lain selain Semesta Kata. Project yang diam-diam berjalan selama satu tahun dan semoga bermanfaat. Dalam prosesnya saya menyadari, energi itu tak pernah padam, saya tetap melakukan sesuatu meski dalam diam, dan itu berarti Semesta Kata juga terus hidup sepanjang dua tahun ini. Namun meski demikian, kerinduan untuk memakai lagi nama Semesta Kata terus mendera dalam diri. Saya harus benar-benar menghidupkan apa yang saya ciptakan. Tapi apa ya?

Komentar

Postingan Populer