jakarta

perbincangan itu tak pernah selesai.
perbincangan dalam dirimu sendiri.

kamu tak pernah berhenti bertanya, berpendapat, menyukai, tidak menyukai, menyetujui, dan sesekali menentang. yang ada di dalam kepalamu tak pernah berhenti membicarakan banyak hal terutama tentang segala sesuatu yang tak mampu terucapkan. tak terucap karena kamu merasa barangkali tak ada orang lain yang dapat menerimamu apa adanya ketika kamu mengutarakannya. 

kamu juga sering berbicara tentang dia. bertanya dan terus bertanya tentang hal-hal yang mungkin akan membuat jengah siapapun yang mendengarnya. kamu tak henti bertanya mengapa. mengapa ini bisa terjadi? mengapa ia menghindarimu? mengapa kamu masih juga berharap? setengah dirimu menyetujui perkataan ibu dan teman-teman bahwa tak mungkin kamu menunggu orang yang bahkan tak lagi mau menghubungimu, bahwa komunikasi yang adalah satu-satunya jalan saja sudah tidak lagi berfungsi dengan baik, bahwa jodoh itu mudah tidak sulit seperti ini, bahwa kamu bisa saja mendatanginya tapi kemudian mau apa? bahwa kebahagiaanmu adalah yang terpenting, bahwa...

kamu juga tidak berhenti bertanya mungkinkah.. mungkinkah ia akan melanjutkan perjuangannya? mungkinkah ia akan menghubungimu lagi? mungkinkah hubungan ini kembali? mungkinkah ia akan datang? padahal jelas-jelas kamu sendiri sudah menyatakan mundur, tapi tak pernah dapat kamu hentikan pertanyaan-pertanyaan itu dari kepalamu yang sibuk.

kamu keras kepala.

dan sayangnya kamu terlanjur memilih dia. dia yang ternyata tidak datang.

kamu terus berusaha melawan pertanyaan-pertanyaanmu dengan logika yang sering diucapkan orang-orang tapi lihatlah pada akhirnya kamu hanyalah seorang perempuan menyedihkan yang berusaha keras mematikan cinta yang tumbuh di dalam hatimu sendiri.

kamu hanya bisa menangis di dalam sujud. hanya bisa mengadu kepada Dia. hanya bisa membasahi sejadah lagi dan lagi tanpa tahu juga bagaimana akhir semuanya. kamu selalu berusaha memperbarui pemahaman tentang "belum tentu yang kau kamu sukai itu baik bagimu dan kamu benci itu tidak baik bagimu. sesungguhnya Ia Maha Mengetahui sementara kamu tidak" kamu terus mengulang-ngulang pemahaman itu seperti mantra yang kamu harap dapat menginfeksi darahmu dengan cepat dan membuatmu lupa dengan mimpi-mimpi yang sudah terlanjur kamu susun di ruang hatimu sendiri.

kamu masih berharap dia datang.

kamu berharap dia tidak menyerah.

tapi kemudian kamu bisa apa selain berdoa?

benang-benang tak berwarna yang menggelinding menjadi raksasa ini sungguh menjeratmu dalam ikatan sebab akibat yang tak mampu kamu lawan.

sesungguhnya Ia Mengetahui Segala Sesuatu sementara kamu tidak.


sesungguhnya Ia Mengetahui Segala Sesuatu sementara kamu tidak..

Komentar

Postingan Populer