lelaki pintar

entah sejak kapan aku terobsesi dengan lelaki yang pintar. mungkin sejak aku sadar bahwa lelaki yang paling dekat denganku kelak akan memimpinku di sepanjang perjalanan hidup dan aku samasekali ga kepikiran bagaimana lelaki bisa memimpin kalau dia ga pintar. kadang pendapatku ini kupatahkan sendiri dengan asumsi lelaki soleh jauh lebih penting dari lelaki pintar, atau lelaki pekerja keras jauh lebih penting juga daripada lelaki pintar, namun entah bagaimanapun aku selalu mudah kagum dengan lelaki yang pintar. ah, pintar itu relatif ya. kusadari pintar sebenarnya adalah output dari sebuah kualitas diri yang lebih kucari lagi dari seorang lelaki yaitu tekun. tekun belajar, tekun beribadah tekun bekerja, tekun dengan karir, tekun dengan hobi, tekun dengan pilihannya. ya, ketekunan akan membuahkan hasil salah satunya kepintaran, pemahaman matang, dan akhirnya kebijaksanaan. bukankah ilmu memang senjata untuk menghadapi hidup? maka begitulah aku selalu mudah kagum dengan lelaki yang tampak (apalagi sungguhan) memiliki ilmu yang lebih banyak dari aku. aku selalu suka dengan lelaki yang bisa diajak ngobrol banyak hal karena pengetahuannya. aku selalu lebih suka dengan lelaki yang tak perlu banyak cerita karena ia paham pengetahuan bukan untuk diumbar-umbar dan entah bagaimana kami bisa tetap berkomunikasi dengan baik. dan aku selalu lebih lebih suka dengan lelaki yang mampu menggunakan pengetahuannya menjadi sebuah kebijaksanaan saat menghadapi orang lain. 

aku masih selalu percaya bahwa kelak jodoh kita adalah cerminan diri kita.

dan itulah yang membuatku khawatir. 

aku khawatir karena aku menyadari bahwa aku tidak memiliki otak yang memadai dalam bidang akademik. aku menyadari aku bukan perempuan yang pintar, tetapi selalu punya hasrat untuk belajar, meskipun juga yang dipelajari bukan hal-hal keren seperti yang dilakukan mbak mbak di kantoran. aku lebih suka belajar dari cerpen, belajar dari buku, belajar dari youtube, belajar dari lirik yang musiknya sedang kudengar, belajar dari obrolan dengan teman-teman, belajar dari respon orang-orang terhadap kesalahan dan kebaikan yang kulakukan. tapi tetap aku berharap kelak menikah dengan lelaki yang pintar, yang lebih pintar dari aku, yang aku meyakini bahwa pengetahuan dan pemahamannya tentang hidup cukup baik untuk membimbingku. mungkin karena aku masih saja belum dapat maksimal belajar tentang hal-hal berat, aku selalu berupaya memenuhi diriku dengan bacaan bacaan yang semoga bisa membantuku menjadi perempuan yang ga bodoh-bodoh banget. 

karena kekhawatiran itulah aku jadi terus belajar dan mencoba memperbaiki diri semampuku. terus menerus sampai mungkin tuhan percaya kalau aku sudah cukup siap untuk mendampingi seseorang yang cukup pintar dan bijak juga lembut hatinya. 

Komentar

Postingan Populer