Membaca Sapardi

Sekitar dua minggu yang lalu dipinjami tiga buku puisi milik Sapardi. Iya, tiga dari tujuh yang dicetak berbarengan dalam rangka merayakan HUT Ke 77 penulis besar tersebut. Tiga buku yang tipis saja, masing-masing tak lebih dari seratus halaman, tapi alamak bikin gila dan pusing. Rasanya seperti berputar-putar masuk ke dunia-dunia asing yang terlampau sunyi. Aku benci membaca sesuatu dan tidak paham maknanya, tetapi terlalu angkuh untuk tak menyelesaikan buku-buku sialan ini (padahal masih menunggu buku lainnya). Entahlah mungkin itu yang membuat aku tak begitu menyukai membaca buku puisi secara serius. Buku puisi dan puisi itu sendiri bagiku nyaman dibaca secara acak, lompat-lompat, diselingi bacaan lain karena membaca satu puisi butuh mencernanya dalam waktu yang entah berapa lama. Membaca puisi kadang bisa langsung terkoneksi tapi kadang bisa juga terasa sangat jauh, asing, rumit, dan tak sanggup dipahami. Aku kesal!

Komentar

Postingan Populer