Ritual

Setelah hari-hari penuh kesibukan, kemarin aku akhirnya bertemu laut. Senja jatuh dalam arus, mengelabui pantai dengan keheningan ketika langkah pertamaku menyentuh tepian dermaga kayu, angin berhembus kencang. Sejenak aku limbung, merasa tubuhku seperti spons raksasa yang begitu rindu menyerap air. Kurasakan pori-pori tubuhku membuka, menyambut angin yang pada sentuhan pertamanya membuatku paham bahwa aku telah diterima, disambut baik, bahkan seperti sapaan kawan lama tanpa sadar saling merindu begitu berat, mereka menyerbuku dengan pertanyaan, ke mana saja kamu puan? Aku masih mencoba menguasai diri untuk tidak jatuh, kakiku mundur perlahan menahan keseimbangan, angin masih membelai wajah bersahutan-sahutan, dan kutenggelamkan diriku dalam arus senja penuh kerinduan. Betapa aku rindu, betapa ternyata aku rindu kesantunan laut semacam ini.

Dermaga kayu menyambut langkahku yang kelewat perlahan. Kupandangi pantai yang rebah di sebelah barat, dengan warna warni perahu nelayan dan anak-anak tepian tampak bermain tanpa suara. Aku tau mereka bingar dalam kebahagiaan, tapi dari dermaga ini aku tak mampu mendengar apapun selain angin dan kenangan. Aku melanjutkan langkah perlahan, ujung dermaga adalah tujuan, meski aku tau di sana sudah ada beberapa orang tengah memancing. Merekapun, seperti aku, sedang merayakan kesunyian. Maka kita tak akan saling mengganggu. Masih ada ruang kosong di ujung dermaga itu, tepat menghadap tempat di mana matahari biasa tenggelam. Di sana aku melepas ransel, membebaskan kaki dari sepatu, duduk dengan kaki menggantung di atas laut dangkal, memulai ritual. 

Ritual itu bernama hening. Hening saja. Tak perlu berbicara apapun. Tak perlu menceritakan apapun. 
Ritual itu juga bernama larung. Larung saja. Tak perlu menahan apapun. Karena titik tertinggi dari memiliki adalah dengan rela melepas. 

Di sana aku memandangi tempat di mana matahari biasa turun, namun tak terlihat. Awan mendung. Mendung tanpa ampun. Tapi rasanya seperti diberi kesempatan lebih banyak untuk berbincang dengan laut. Laut saja. Laut dengan ombaknya yang bergulung gulung tanpa henti tanpa jeda tanpa keraguan tanpa ketakutan. Laut dengan ombak yang setia selalu datang ke pantai hanya untuk pecah hanya untuk menghilang hanya untuk kembali ke laut hanya untuk kembali lagi ke pantai, ada atau tidak ada orang di sana, ada atau tidak ada kaki yang menyambutnya, ada atau tidak ada kapal yang menunggunya, ada atau tidak papan selancar yang mengejarnya, ada atau tidak ada doa, ada atau tidak ada kenangan, ada atau tidak ada makhluk yang menyadari keberadaannya yang sangat singkat, ombak tetap setia bergulung gulung untuk pecah di tepian pantai yang dicintainya.

Di sana aku memandangi laut luas yang seperti sanggup menampung segalanya. Laut selalu sanggup menampung air, menampun pasir, menampung manusia, menampung ikan-ikan, menampung, kapal, menampung botol bir, menampung sendal hanyut, menampung kotoran, menampung plastik, menampung harapan, menampung masalah, menampung air mata, menampung kesendirian, menampung hujan, menampung badai, menampung mayat, menampung masa lalu, menampung kemarahan, menampung doa-doa.. 

Di sana aku memandangi laut luas dan lambat laun merasa lega seolah beban-beban yang tak tampak di pundak perlahan dikikis angin lewat. Lambat laun merasa lega seolah keresahan-keresahan di hati yang tak tampak perlahan hanyut bersama ombak. Oh betapa luasnya laut menampung segala kesedihan dan betapa kecilnya aku menanggung semua ini dengan banyak keluhan.

Aku mengusap wajahku yang mulai terasa asin, menoleh ke tepian dermaga, mencari dia. Dia yang selalu ada menemani, membiarkan aku larut dalam larung yang kubuat sendiri, sekalipun tak menyentuhku meski punya banyak kesempatan, sekalipun tak merayuku meskipun bisa. Kulihat dari jauh dia berbincang entah dengan siapa, namun aku tahu dia selalu menjaga, dan selama dalam pengawasannya, di manapun itu, bagaimanapun keadaannya, aku tau aku aman. Sejauh kami berteman, aku selalu tahu dia bisa diandalkan. Aku melihat dia sibuk dengan kameranya, kadang aku berharap dia duduk di sini, di sebelahku, berbincang denganku, tapi aku tahu dia tak akan begitu, entah sampai kapan tak akan melakukan itu. Dia akan mengantarku kemanapun aku mau, tapi kemudian dia akan memberiku waktu untuk sendirian, menjagaku cukup dari jauh. 

Aku mengucap terima kasih dan salam perpisahan pada laut, aku bangkit dari duduk. Cukup dengan membereskan tas, aku tau dia sudah tau bahwa aku sudah bisa diajak bicara (meskipun sebenarnya aku selalu berharap diajak berbicara lebih banyak). Dari kejauhan dia datang dengan kameranya, ikut berberes dan bertanya , "sudah ritualnya?" aku tertawa tanpa suara memandangi wajahnya. Aku selalu malu melihatnya dari dekat, tapi setiap kali memberanikan diri melihatnya dan mengetahui responnya yang tampak malu kalau kulihat, aku jadi lebih malu lagi pada akhirnya. Kadang aku berpikir seandainya kita bertukar kelamin mungkin sudah sejak lama aku memulai pembicaraan. Tapi sudahlah, aku percaya pada semesta.

Langit makin redup, gelap, seperti hendak menjatuhkan kesialan berwarna kelabu dari atas sana. Kesialan yang sesungguhnya adalah rahmat. Kita sepakat berpisah, aku segera pulang ke rumah. Hujan turun deras tepat ketika motor sudah sampai beranda. Setelah membersihkan diri dan membuka gawai kembali, yang kudapati pertama kali adalah pesan singkatnya memastikan aku sudah sampai dengan aman. Selalu begitu. Kemudian beberapa gambar mulai bermunculan. Gambarku. Gambar perempuan yang tampak sangat sedih. Gambar saat aku menangis di pantai tadi.

Sory kena jepret... mudahan diskusimu dengan lautan luas segera tuntas.. klo belum tuntas ya diskusi lagi.


Aku terhenyak sebentar. Berarti dia sadar kalau tadi aku menangis? Atau dia hanya melihatku seperti perempuan yang melamun tanpa tahu sebenarnya ada airmata di sana?

Nek butuh ketemu laut calling ae

Tanpa sadar senyumku mengembang. Selalu begini, selalu seperti ini. Ada yang sangat dekat, selalu mengerti dirimu, selalu membuatmu tersenyum, tapi entah mengapa bertahan tanpa bisa lebih jauh lagi. Hujan di luar semakin deras

Komentar

Postingan Populer