Semua Temanku Adalah Tempat Belajarku

Ada 3 cara untuk tahu karakter seseorang; lakukan perjalanan bersama, tinggal bersama, atau bertransaksi perkara uang dengannya. Itu yang ditulis seorang teman berkali-kali dalam berbagai tulisan di blog pribadinya. Tapi menurutku ada satu lagi yang bisa dilakukan untuk mengetahui karakter seseorang, yaitu bekerja bersama, berkomunitas misalnya, berorganisasi lebih tepatnya.

Tahun ini lagi-lagi aku memutuskan menghabiskan banyak waktuku dengan kelas inspirasi balikpapan. Tahun ke 3 ku dengan mereka. KIBPN sejujurnya memberikanku ruang yang sangat amat luas untuk belajar, mengelola potensi diri, dan terlebih lagi bersosialisasi. Tidak terhitung berapa banyak orang yag kukenal sejak aku bergabung dengan KIBPN sebagai bonus-bonus yang didapatkan dengan berkomunitas. Lewat KI juga aku banyak merekam cara bekerja teman-teman; cara membuat jadwal, rundown acara, clustering peserta, penentuan keputusan mendadak, negosiasi, sosial media plan, bahkan cara desain pun aku belajar dari komunitas. 

Semua yang kulihat, kudengar, dan kuamati kemudian kuadaptasi untuk kegiatanku sehari-hari. Inilah salah satu keuntungan ikut organisasi. Kita bisa belajar banyak dari orang-orang yang lebih ahli secara cuma-cuma. Kalau kata Mba Errie, "selain mencapai goal bersama di komunitas, kita harus punya goal-goal pribadi selama bergabung di dalam sini" Tentunya goal yang tidak merugikan komunitas ya. Goal yang positif. 

Nah, tapi kemudian positif negatif itu pun kadang bias. Setiap orang datang dengan keadaannya, kepentingan, tujuan, dan karakter yang berbeda. Perbedaan-perbedaan itu kemudian tumbuh menjadi banyak sekali warna dalam komunitas. Kadang-kadang warna yang berbenturan bisa jadi cocok dan membentuk warna yang indah. Kadang-kadang ada warna yang ga match tapi mau gamau ketemu, bertabrakan dan alih-alih menimbulkan keindahan malah mengganggu pemandangan. Ini serunya komunitas. Ga semua terjadi sesuai keinginan kita sendiri.

Orang-orang yang tidak selalu bersepakat dipertemukan dengan berbagai masalah yang harus dipecahkan bersama. Kedewasaan diuji, kemampuan bernegosiasi juga. Kapan kita lebih baik ngalah aja, kapan kita memang harus kukuh dengan pendirian. Aku pun masih belajar. Dengan begitu banyak kekurangan, aku belajar memperbaiki diri setiap tahunnya. Mencoba-coba formula, oh tahun ini harus lebih berani, oh tahun ini harus lebih bisa negosiasi, oh harus lebih bisa pilih kalimat, oh harus lebih bisa pasang wajah ramah dst dst.

Dan di KI ini juga aku ketemu buanyak sekali macam karakter orang. Di KI ini aku membuktikan sendiri kalau orang-orang yang tulus itu ternyata beneran ada. Iya. Beneran ada. Beneran ada orang-orang yang terlahir sebagai lilin yang selalu menyala, tidak peduli betapa banyak angin, betapa banyak orang yang datang dan pergi, betapa banyak perdebatan yang mencoba mematahkan semangat, mempertanyakan prinsip yang dipegang, menganggu proses, bahkan mengambil kepentingan pribadi, orang-orang yang tulus itu selalu ada.

Mereka yang tulus ini lah yang mengambil peran sebagai penjaga, menyambut yang datang, merelakan yang pergi, menghadapi yang cari masalah, memaafkan yang khilaf, memberi kesempatan yang belum berpengalaman. Sejauh pemahamanku, sikap-sikap murni macam itu tidak akan tercapai kecuali dengan pemahaman yang tinggi dan visi yang melambung jauh ke depan. Mereka bersedia melakukan ini semua karena mereka paham betul apa yang mereka inginkan, mereka paham betul bahwa ini memang proses panjang yang harus dihadapi (bahkan seumur hidup dihadapi), mereka paham betul kemana cita-cita dari gerakan ini. Jumlah mereka tidak banyak, tapi energi mereka tidak pernah habis. Pada orang-orang yang tulus ini, aku meletakkan respek tertinggiku.



Selain itu, lebih banyak lagi kutemui orang-orang dengan berbagai karakter yang unik dengan potensi menakjubkan. Karakter-karakter yang pada akhirnya mengantarkanku pada suatu pemahaman bahwa istilah "ga ada orang yang sempurna" itu ya emang bener adanya. Di sini ini juga pemahamanku lebih terbuka bahwa "ga bersepakat pada satu hal ga harus membuat kita mengalah tapi juga ga lantas membuat kita ga berteman selamanya". Berbeda pendapat bukan selalu bermusuhan. Berbeda prinsip bukan berarti ga bisa akrab. Makna "Semua Temanku" yang merupakan tagline tahun ini bagiku sangat dalam sekali. Kita, pegiat, dan semua relawan yang terlibat di dalamnya, diuji lebih dulu dengan dua kata sederhana itu. Apakah tidak bersepakat akan melunturkan niat kita? Apakah ditegur karena kesalahan menyinggung ego kita? Apakah dikecewakan mudah menyulut sumbu pendek kita? Apakah semua temanku itu benar adanya?

Maka mau tidak mau aku pun selalu terngiang kembali sederet kata sakti milik Pram yang kira-kira berbunyi, seorang terdidik harus sudah bersikap adil sejak dalam pikiran. Yah, adil. Adil yang sangat sulit sekali diterapkan. Kalau adil, semua ayem, semua akhirnya dianggap teman. Tidak ada musuh, karena perbedaan bukan sebuah masalah. Perbedaan adalah warna, yang hanya perlu kedewasaan lebih untuk mempertemukannya agar jadi lukisan yang indah. Akhirnya kembali lagi ke 7 prinsip dasar Kelas Inspirasi. 7 prinsip yang akan terasa mengekang bagi yang tidak memaknainya dengan sungguh-sungguh. 7 prinsip yang menurutku keren karena apabila benar-benar diaplikasikan maka akan menjadi pagar sempurna untuk gerakan KI itu sendiri dalam mencapai cita-citanya. Ya, gerakan ini dibuat dengan cita-cita yang mulia dan besar. Investasi jauh hari yang aku yakin akan terbukti 10-20 tahun lagi. Bertahun-tahun KI keliling ke puluhan sekolah dan menginspirasi ribuan pelajar untuk menanamkan kesungguhan menggenggam cita-cita. Cita-cita yang besar hanya bisa dicapai oleh orang yang setia kan? Maka begitu pula lah cita-cita KI, menurut pandanganku, dapat tercapai bila kita bersetia pada 7 prinsipnya.



Wah, aku ga menyangka ternyata tagline KI tahun ini bisa membawa pikiran dan perenunganku melayang kemana-mana. Semua temanku adalah tempat belajarku




KIBPN5 masih terus berlangsung. Pendaftaran inspirator masih dibuka, bootcamp fasilitator dan dokumentator baru kelar dua hari yang lalu. Perjalanan juga masih panjang, masih banyak rentetan acara yang menunggu dieksekusi dengan sebaik-baiknya. Sambil berjalan sambil evaluasi, apalah kita ini kalau bukan hanya manusia yang mencoba mengisi waktu luang kehidupan ini dengan sebaik-baiknya, mengulang siklus dengan sebaik-baiknya. KI bukan segalanya, tapi dari KI ada sangat banyak bibit kebaikan yang berpotensi tumbuh menjadi sesuatu yang luar biasa. Tinggal kedewasaan manusia di dalamnya aja, bisa memaksimalkan pembelajaran atau engga. Yah, terus belajar, itu intinya.




Komentar

Postingan Populer