Ada dua momen yang paling tenang dalam 24 jam

Yang pertama adalah satu sampai dua jam menjelang subuh, yang kedua adalah sepuluh sampai dua puluh menit sesudah adzan magrib. Dia sedang ada di momen kedua. Duduk sendirian beralaskan sebatang pohon tumbang yang telah mengering dan berwarna coklat muda pucat seperti warna betisnya. Sesudah adzan magrib bersahut-sahutan, sesudah senja digulung waktu, sesudah orang-orang beranjak pergi, upacaranya sendiri baru saja dimulai. 

Di sana, di cakrawala terjauh sejauh mata sanggup menangkap cahaya, seberkas garis lurus berwarna ungu perlahan memendek, menyusut, menjadi sebuah titik, lalu hilang. Sesudah titik terakhir itu hilang, langit sempurna berwarna ungu tua, gemawan tercabik lembut dan berarak dengan komposisi yang pas. Bintang-bintang bermunculan. Beberapa burung tampak hilir mudik. Kapal-kapal berdampingan tanpa saling mengganggu. Semua bergerak dalam kesunyian. Semua tanpa suara, kecuali ombak yang sekalipun tak mampu menyembunyikan bunyi riciknya, meski demikian turut menyesuaikan diri dengan mengalunkan alir air yang lebih lembut, lebih tenang. Kecipak ombak pecah menabrak karang hanya untuk tersesat di pantai, menjelma buih dengan penuh kesantunan. Inilah salah satu masa paling hening terbaik di dalam 24 jam.

Semua masih terlihat jelas seperti masih ada seseorang yang membiarkan salah satu lampu menyala sebelum semuanya benar-benar tertidur. Sepuluh menit berlalu, sayup-sayup jarak pandang cakrawala memendek, langit menyatu dengan laut. Bintang-bintang semakin terang. Kapal-kapal tampak indah dengan gemerlap lampu di pelupuk pandang. Lima belas menit berlalu, gelap semakin membatasi penglihatan, tetapi meluaskan imaji yang bebas berkejaran. Dua puluh menit sesudah adzan segala hal sempurna gelap. Laut sempurna hitam, langit sempurna hitam. Segala kerlip cahaya tampak berpendar-pendar dari kejauhan. Dia menyeka airmata, bersiap pulang. 


Komentar

Postingan Populer