Mewujudkan Ide dan Konsistensi Mempertahankannya

Setiap orang boleh bermimpi tinggi, punya ide hebat, pendapat yang keren, dan gagasan luar biasa. Pada akhirnya yang akan diakui hanya yang mengeksekusi semua itu jadi nyata. Akhirnya, yang kecil tapi nyata dan yang biasa tapi nyata itu lah yang jauh lebih baik daripada yang sekedar bicara. Tapi apa berhenti sampai di situ? Tentu tidak. 


Setelah yang nyata itu, ada cobaan naik tingkatnya, yaitu menjadi konsisten. Karena siapapun bisa memulai, tapi tidak banyak yang bisa bertahan. Menang itu mudah, menjaga gelar juara lah yang susah. Menjadi juara itu mahal nilainya karena ada konsistensi di dalamnya. Kenapa nilai konsistensi mahal? Karena di dalam konsistensi ada kesediaan untuk terus menerus memperbaiki diri, mengupdate ilmu sesuai perkembangan zaman, kemampuan adaptasi berulang kali, upaya evaluasi diri dari kesalahan dan kekurangan, juga kekeraskepalaan untuk mempertahankan keinginan di antara sekian banyak cibir dan pandangan meremehkan. Kenapa orang suka meremehkan? Karena memang segala yang besar dimulai dari hal yang kecil. Perhitungan satu milyar selalu dimulai dari nol, bukan satu. Hal kecil memang selalu rentan dipandang sebelah mata. Tapi tenanglah, sedikit demi sedikit lama-lama jadi bukit itu benar adanya. Bersetialah pada proses dan hasil tak akan pernah mengkhianatimu. Tapi tahukah kamu apa sebenarnya yang paling manis dari sekedar hasil? Pemahaman bahwa kamu sudah bisa melampaui banyak tantangan, ketakutan, kemungkinan menyerah di sepanjang proses. Pemahaman itulah yang kelak menuntunmu menjadi pribadi yang matangnya tidak setengah-setengah. Satu hal yang tidak bisa diganti dengan apapun selain menjalaninya sendiri.



Oh, tapi tapi tapi.. Ada juga lho gagasan yang sudah terlihat bibit besarnya sejak awal. Orang-orang memuji dan memberi dukungan. Untuk hal-hal seperti ini maka tantangan konsistensi yang muncul tentu beda lagi. Cobaan itu bernama kesombongan dan tinggi hati. Pujian cenderung meninggikan hati manusia biasa, membuat kita merasa sudah hebat betul karena bisa menicptakan ide-ide tertentu, menyampaikan gagasan-gagasan spektakuler. Tinggi hati membuat kita terlena bahwa yang kita lakukan sudah cukup; cukup hebat, cukup besar, cukup banyak, cukup baik sehingga tidak ada ruang kosong untuk introspeksi diri, mendengarkan saran orang lain, mengingat kembali kepala dan tangan siapa saja yang sudah ikut bekerja bersama kita. Posisi puncak memang melenakan dan sangat berbahaya bagi orang yang tidak paham bahwa satu-satunya jalan setelah berada di atas hanyalah menelusuri kembali jalur ke bawah. 

Orang-orang yang sombong dan terlalu banyak membanggakan diri pada akhirnya hanya akan berhenti di satu titik, karena sudah tak punya mimpi yang lain. Kesombongan dan konsistensi tidak berbanding lurus, karena hanya orang-orang yang rendah hati yang dapat konsisten bergerak. Hanya orang-orang yang sadar bahwa dia belum selesai, apa yang dilakukannya tidak cukup, sehingga selalu ada alasan baru untuk bergerak ke tujuan selanjutnya setelah ia sampai pada titik capainya. Lihatlah, orang yang termakan kesombongan tidak akan jalan kemana-mana, kecuali dia bisa mengalahkan kesombongannya itu. Maka mungkin kita bisa belajar dari sekian banyak proyek-proyek bagus yang gagal berjalan terus. Mungkin ada karakter yang kualitasnya masih minus di dalam pondasi-pondasi proyek itu sehingga bangunan yang harusnya megah dan mampu membawa manfaat bagi orang banyak akhirnya perlahan hancur dan hanya meninggalkan puing-puing.





Komentar

Postingan Populer