Sepuluh Bulan Semesta Kata

Sepuluh bulan yang lalu, ketika aku memutuskan membukanya, kupikir ini semata perkara beli buku dan kujual lagi. Kupikir hanya tentang buku-buku yang aku ingin orang membacanya. Kupikir hanya tentang keinginanku agar toko buku yang menjual buku-buku sastra tidak hanya satu-satunya di gedung besar tusuk sate itu saja. Sepuluh bulan mengajarkanku lebih dari itu. Lebih dari sekedar jualan, tapi bagaimana membangun relasi. Lebih dari sekedar buku apa yang dijual, tapi buku-buku apa lagi yang perlu disebarluaskan untuk dibaca orang. 

Sepuluh bulan lalu pikiranku ruwet tapi masih sangat sederhana, karena setelah menjalaninya ternyata banyak sekali yang masih harus kupelajari. Belajar mengelola keuangan, belajar marketing, belajar menghadapi konsumen, belajar display produk, belajar mengatur mood agar konsisten. Aku ingat sekali, ada beberapa hal yang terasa sulit kujalani dan bikin usaha-usahaku sebelumnya mandek. Tidak berlanjut lagi. Usaha manik-manik Kalimantan, usaha tempat flashdisk kain flanel, usaha gantungan kunci kain flanel, usaha kotak kado.. Yang semua sukses berakhir jadi kenangan. 

Di kesempatan kali ini masalah-masalah itu datang lagi, bedanya aku menolak menyerah lagi. Kuakui yang satu ini membuatku jatuh cinta dan memotivasiku dengan caranya sendiri untuk bertahan, untuk melampaui diri, untuk lanjut terus meski langkah sangat lambat karena butuh sangat banyak waktu untuk belajar sendirian. Di luar memang usaha ini seperti belum menghasilkan apapun, tapi aku sadar dan paham bahwa aku menghabiskan banyak waktu di bulan-bulan pertama untuk menempa karakterku sendiri. Aku sepuluh bulan yang lalu sangat berbeda dengan aku saat ini. Mendapati kenyataan itu buatku pribadi sudah merupakan hasil yang sebanding dengan materi penjualan buku. Sepuluh bulan yang lalu aku tidak menyangka ternyata masalah paling berat ternyata adalah menghadapi diriku sendiri, menghadapi keraguanku, kemalasanku, kebingunganku, kekhawatiranku, ketakutanku, ketidakmampuanku, kesalahan-kesalahan yang terlanjur kubuat. Sepuluh bulan dan pelajaran terbesar yang kudapat adalah keberanian untuk menghadapi semua yang terjadi sebesar apapun keinginan untuk melarikan diri.

Sepuluh bulan yang lalu aku membuatnya dengan niat untuk mempermudah akses buku bagi orang lain, tapi kini aku sadar, efek terbesar dari keberadaannya adalah untuk kebaikanku sendiri. Bersamanya aku belajar banyak hal, dan masih akan terus belajar banyak hal. Sepuluh bulan yang lalu aku membuatnya dengan niatan memberi hadiah bagi orang lain, tapi kini aku sadar, mendapati diriku bertahan bersamanya adalah salah satu kado terbesar yang kudapat di bulan Oktober tahun ini


Komentar

Postingan Populer