Detox Media Sosial

Saya lupa kapan tepatnya, tapi barangkali kira-kira sudah satu atau dua bulan belakangan ini saya memutuskan untuk mematikan akun facebook. Sebenarnya niat untuk ngurusin akun facebook ini sudah muncul sejak setahunan yang lalu, ketika muncul banyak sekali perdebatan karena kasus Ahok yang jadi menyebar ke mana-mana terutama di facebook. Semua aktivitas lempar tuduhan, merasa menang sendiri, artikel-artikel hoax, dan perdebatan-perdebatan itu membuat saya muak sampai-sampai saya memutuskan untuk log out dari facebook dan menghapus aplikasi facebook di gawai. Setelah semua huru hara nasional itu, penggunaan facebook bagi saya sudah benar-benar tidak berarti lagi. 

Meskipun sudah log out dan hapus aplikasi, nyatanya hati saya masih belum juga merasa tenang. Selama hampir setahunan sembari sesekali membaca beberapa artikel berisi saran untuk mulai membersihkan media sosial kita dari kealayan masa lalu, saya mulai menimbang-nimbang tindakan apa yang tepat untuk akun-akun media sosial saya. Awalnya sih sempat berpikir untuk mematikannya, tapi terhalang karena masih ada fanpage Semesta Kata yang saya pegang. Kalau akun pribadi saya hapus, berarti fanpage Semesta Kata juga ikut terhapus karena hanya memiliki admin tunggal. Akhirnya saya urung menghapusnya. Ikhtiar saya paling maksimal hanya beberapa kali sempat "bersih-bersih sekadarnya", mulai unfollow akun-akun yang tidak dikenal. 

Tapi suatu hari di awal tahun 2018 kemarin tiba-tiba saya jadi yakin aja kalau akun saya memang sudah seharusnya saya tutup, karena saya sudah tidak mendapatkan manfaat apapun dari facebook, dan terutama karena perasaan yang tidak kunjung tenang membiarkan akun facebook masih aktif (saya pun tidak tahu alasannya kenapa). Ketika hendak mematikan akun, lagi-lagi mendapat peringatan bahwa akun Semesta Kata juga berarti terpaksa ditutup. Saya sempat memerhatikan lagi keseluruhan fanpage Semesta Kata yang sebenarnya sudah mulai tumbuh, tapi saya lebih yakin kalau akun ini lebih baik ditutup daripada dipertahankan. Semesta Kata tidak akan serta merta kehilangan pelanggan meskipun lapaknya ditutup satu, karena kalau sudah rezeki dari mana saja bisa didapat, pikir saya waktu itu. 

Setelah maju mundur tutup akun gara-gara Semesta Kata sudah teratasi, masih ada masalah lagi, yaitu dari facebook menawarkan akan tutup sementara atau tutup permanen. Karena saya memutuskan menutup tanpa flashback dan cek-cek dulu, jadi saya memutuskan menutup semuanya begitu saja tapi tidak permanen. Siapa tahu di hari depan ada data yang saya butuhkan dari facebook, mungkin saya masih bisa membukanya. Begitulah kemudian akun facebook saya tutup yang meskipun tidak permanen, tapi sudah hilang dari peredaran, tidak terlihat lagi oleh siapapun kecuali suatu hari saya memutuskan membuka gemboknya lagi. Akun ambar sulistyowati hilang, begitu juga fanpage Semesta Kata. Dan benarlah, setelah mengikuti kata hati, perasaan saya jadi sangat lega. 

Kini akun yang aktif tersisa instagram dan twitter. Saya belum berani menghapus keduanya, meskipun sudah berencana bagaimana caranya agar akses saya dengan kedua sosial media ini bisa lebih sempit, terbatas, efektif, dan efisien. Belakangan saya merasa sudah lumayan disiplin dalam penggunaan instagram karena sudah lama sekali tidak banyak upload apapun di instagram personal baik postingan maupun instastory, namun karena berbagai keperluan akhirnya sempat juga kebobolan terlalu banyak akses akun orang lain (baca: selebgram dan onlineshop). Saya bertekad setelah urusan saya selesai saya akan istirahatkan akun personal juga terutama dari instagram,  dan lebih memanfaatkan twitter. Eh, ngomong-ngomong, alasan saya menulis artikel ini adalah karena semalam ada yang whatsapp dan menanyakan kenapa akun fanpage Semesta Kata hilang dari peredaran. Malu-malu akhirnya saya meminta maaf dan jawab, maaf kak, saya sedang detox media sosial :)

Komentar

Postingan Populer