Konsisten Itu Susah

Sudah sebulan ini saya memutuskan untuk tidak banyak bicara di grup BM. Mau agenda jalan atau ga jalan saya memutuskan untuk ga banyak komentar. Saya ga marah, ga juga ngambek, ga juga kecewa. Sejujurnya semua fase itu sudah lewat beberapa bulan yang lalu. Sekarang saya cuma mau lihat respon teman-teman yang lain, bagaimana jadinya kalau saya ga ubek-ubek grup untuk bikin mading ataupun ngulik bacaan. Saya memutuskan untuk let it flow, ga lagi memaksakan semua harus jalan meski dengan begitu saya ngos-ngosan. Kenyataannya akhirnya mading mandek, betul-betul ga produksi selama satu bulan. Awal april ini secara tidak sengaja saya buka email BM dan mendapati ternyata teman-teman ngumpulin artikel sesuai tugas mereka, tapi sayangnya orang-orang yang punya kewajiban ngurusin artikel itu dan mengolahnya jadi bahan yang siap print ga melakukan tugasnya. Alasan selalu ada, apalagi ini komunitas yang hubungan anggotanya sudah lebih dari sekedar anggota organisasi, tapi sudah dekat secara personal. Jadi pasti harus maklum. Ya udah, maklum terus, ga jalan lah programnya. Konsisten itu susah.

Sudah setengah bulan Semesta Kata belum update feed ig lagi. Padahal kalau di japri-japrian banyak aja yang masih tanya buku, tapi tidak bisa saya layani dengan maksimal. Entah capek, entah ruwet mikirin tema bulan April, entah mood hilang karena habis pindahan kamar, yang jelas Semesta Kata terbengkalai. Sebenarnya project kakak Semesta Kata juga nyaris terbengkalai (sempat ga update 2harian) tapi karena banyak yang menghubungi dan membutuhkan, semangat itu cepat sekali membaik. Konsisten itu susah.

Sudah berbulan-bulan tulisan-tulisan di laptop mangkrak. Setiap kali buka folder Ruang Menulis selalu disambut deretan microsoft word yang sudah dinomori sampai belasan dengan judulnya masing-masing. Selalu dan selalu mencoba mengalahkan diri dengan buka salah satu dan bersikeras menyelesaikannya, tapi nyatanya sampai sekarang belum juga berani kirim draft ke mas allianda. Padahal sudah April. Padahal sudah target. Konsisten itu susah

Sudah berbulan-bulan bahan jahitan menumpuk di bawah meja. Sejak Desember kelar beli semua kain dan perlatan jahit, kemudian masih terbentur harus menunggu label jadi. Begitu label datang dari Jogja, eh terbentur lagi dengan bahan busa kain yang sulit didapat. Setelah drama drama yang mengulur waktu, bulan maret kemarin sebenarnya bahan-bahan sudah lengkap semua. Nyaris setiap hari kepikiran untuk mulai sekedar motong bahan, tapi sampai detik ini belum juga melanjutkan apapun lagi. Padahal sudah tahu waktu ga tersedia banyak dan targetnya masih banyaaaak banget. Betapa konsisten itu susah!

Tapi di sela-sela amburadulnya menjaga konsistensi, masih terus sanggup memaksakan diri menata hal-hal kecil lainnya: merapikan isi lemari (sedikit demi sedikit mengaplikasikan metode konmari, yeay!), jogging seminggu sekali, maskeran seminggu 1-2kali, ada buku yang tetap dibaca, mengaji setiap hari (ini juga kadang bolong), banyak minum air putih, biasakan 2 hp ga boleh kehabisan batere, pakai body lotion (ini udah mulai rajin meski kadang lupa), rutin cek catatan keuangan, dan menulis blog. Konsisten itu susah, tapi bisa. Pasti bisa. 

Komentar

Postingan Populer