Memberi Nilai Pada Diri Sendiri

Seseorang kadang tidak paham seberapa besar nilai dirinya bagi orang lain, padahal point utama untuk bisa dihargai orang lain adalah mampu menghargai diri sendiri. 

Saya tulis artikel ini sebagai sebuah pengakuan bahwa kadangkala saya masih belum sanggup menghargai diri saya sendiri. 

Sumber inspirasi menulis artikel ini berawal dari matinya nomor im3 saya sekitar bulan Agustus 2017. Salah saya memang, saya tidak pernah isi ulang pulsa reguler untuk nomor im3 samasekali karena nomor im3 ini hanya digunakan untuk internetan akhirnya ya saya hanya isi paket datanya saja. Mengabaikan berbagai sms dari operator, akhirnya nomor yang sudah saya pakai sejak kuliah (bahkan sma deh kayaknya), sudah dipakai untuk berkomunikasi bertahun-tahun, bahkan juga dipakai untuk berjualan, mendadak mati dan tidak bisa digunakan lagi. Sembari mengupayakan mengurus nomor agar aktif lagi, saya tetap melayani penjualan buku via whatsapp dengan nomor ini. Masalah dimulai ketika seseorang memberitahu bahwa suatu hari dia hendak menelpon saya tetapi diangkat oleh ibu-ibu berlogat suatu daerah khusus. Nah, praduga dimulai, kayaknya nomor saya ini sudah dijual lagi sama indosat. Di lain sisi, proses mengurus sim card di indosat juga susah sekali. Akhirnya saya memutuskan untuk menelpon nomor saya dengan nomor lain, dan benar, ada ibu-ibu yang mengangkat dengan logat bahasa jawa kental. Saya berusaha menjelaskan bahwa nomor ibu itu adalah nomor saya, tetapi sepertinya ibu itu sudah terlanjur curiga dan ketakutan akan ditipu. Akhirnya telepon ditutup sepihak. Saya pun menyerah, memutuskan mengikhlaskan nomor itu. Singkat cerita saya mengganti nomor, dan officially memberi pengumuman ganti nomor untuk toko buku online Semesta Kata. 

Selang beberapa hari setelah membuat pengumuman di akun instagram Semesta Kata, saya memiliki keinginan untuk bikin pengumuman kecil-kecilan di akun instagram personal, tapi perasaan bahwa diri ini tidak penting dan tidak bakal juga ada yang ngaruh dengan pengumuman itu membuat saya minder dan urung membuat pengumuman. Ya, saya meremehkan diri sendiri, saya merasa tidak akan ada orang yang menganggap saya penting dan perlu menghubungi saya. Toh keluarga dekat dan orang terdekat sudah saya beritahu. Sampai berhari-hari akhirnya saya tidak pernah mengumumkan mengganti nomor di akun instagram. Sampai selang beberapa minggu kemudian, ternyata ada saja kejadian yang memperlihatkan banyak juga teman-teman yang punya urusan dan kecele karena tidak tahu saya sudah berganti nomor. Kejadian itu berulang berkali-kali, membuat saya sadar, keputusan saya untuk tidak buat pengumuman itu ternyata tidak sepenuhnya benar. Kadang-kadang saya menjadi tampak tidak begitu berharga karena saya lah yang membuat stereotype itu untuk diri saya sendiri. Kadang saya merasa saya bukan orang penting padahal sebenarnya pasti ada yang butuh berhubungan dengan saya

Komentar

Postingan Populer