Seperti yang sudah sering kita dengar bersama; rezeki, jodoh, dan maut di tangan Tuhan. Mengikuti kecenderungan manusia yang lebih cenderung tertarik dengan segala yang rahasia, demikian jugalah saya tumbuh dengan rasa penasaran yang besar atas tiga hal tersebut. Semakin saya tumbuh, semakin saya paham rezeki wujudnya bermacam-macam. Semakin saya tumbuh, kabut tentang jodoh tersingkap sedikit demi sedikit. Yang terakhir, maut, adalah sebuah rahasia yang paling besar, dan semakin saya tumbuh, semakin membayangi setiap hari. Sepertinya memang setiap hari saya memikirkan maut, terutama maut saya sendiri. Hal yang selalu saya pikirkan setiap kali berkendara, atau sekedar menggunakan peralatan tajam, atau membaca berita, atau mengetahui kejadian alam, atau bahkan juga ketika berbahagia. Ya, ketika berbahagia, kesadaran bahwa tak ada satupun yang abadi selalu mengantarkan pikiran saya kepada maut. Bahwa semua kebahagiaan akan bermuara pada akhir, dan perjalanan paling akhir adalah maut. Setiap kali hati saya berkembang bahagia saat memberi makan cici, saya selalu berpikir kelak Cici akan mati, atau mungkin saya yang lebih dulu pergi. Setiap kali merasakan bungah kasih sayang dalam keluarga, saya selalu berpikir kelak keluarga ini akan tercerai berai paling tidak oleh maut. Saat hubungan personal saya sedang bagus-bagusnya dengan seseorang saya selalu berpikir yang paling niscaya dari semua ini adalah perpisahannya. 

Komentar

Postingan Populer