Yang Kupikirkan Saat Scroll Instagram Sepanjang Pekan Ini

Satu pekan ini akun instagram dipenuhi banyaak sekali foto-foto teman-teman yang sedang liburan. Jadi bertanya-tanya sama diri sendiri kapan ya terakhir kali bener-bener liburan (yang jauh dari rumah dan ga mikir apa-apa selain destination trip) dan kapan ya bisa liburan lagi? Kalau terjebak dalam pertanyaan seperti ini kadang bikin gelisah, ga happy, dan ujung-ujungnya ga bersyukur. Alhamdulillah karena saya dikaruniai pikiran yang serba random sama Allah, selain muncul pertanyaan-pertanyaan itu, ada juga hal-hal lain yang saya renungkan dari melihat foto liburan teman-teman. 

Saya selalu berusaha memerhatikan segala sesuatu dengan mendalam sejauh yang saya bisa. Melihat orang bahagia, saya selalu bertanya-tanya betulkah dia benar-benar bahagia? Melihat orang curhat kadang bukan kasian tapi malah sangsi, memangnya beneran sesusah itu ya hidupnya? Melihat orang yang hedon saya selalu berpikir, dari mana uangnya? Apa saja yang dia kerjakan dan upayakan untuk membeli semua hal itu? Apa dan bagaimana manajemen personalnya yang mungkin bisa saya tiru?

Begitu juga ketika melihat teman-teman liburan. Ada yang kelihatannya sering banget bolak balik antar kota, kayaknya asyik banget hidupnya, padahal real life nya harus ada konsekuensi hubungan jarak jauh dengan pasangan resmi yang tentunya harus sabar, harus bisa ambil keputusan-keputusan kecil sendiri, harus bisa rawat anak sendiri, harus bisa urus diri sendiri, harus bisa kompromi dengan banyak hal, harus terima weekend sendiri, harus terima pergi kondangan sendiri sementara melihat orang lain kesana kemari dengan pasangannya. Long distance marriage berarti ada dua dapur yang harus selalu dipastikan sama-sama mengepul. Kebutuhan 1 rumah jadi 2 rumah. Begitu juga dana yang sebenarnya bisa buat tabungan masa depan tapi harus disisihkan demi pertemuan yang terjadi hanya beberapa bulan sekali. Jalan-jalannya orang yang long distance marriage sebenarnya ga semudah yang dilihat. 

Ada juga yang kelihatan hidupnya happy sekali, jadi single yang bebas ke mana aja, punya banyak teman, bisa ikut banyak kegiatan yang keren-keren, tidak ada ikatan dengan siapapun dan tuntutan dari siapapun. Padahal real lifenya harus tangguh kemana-mana sendiri, harus sabar melihat orang lain sudah berpasangan, harus pandai manajemen pikiran dan hati, harus tahan banting menghadapi pertanyaan-pertanyaan dan pandangan sebelah mata orang lain. Liburan ya bukan sekedar liburan, tapi pemenuhan kebutuhan hidup untuk mengisi waktu dengan aktivitas yang bermanfaat,  pandai-pandai menghadapi long weekend yang buat sebagian orang mungkin surga tapi bisa jadi momok tak terlihat dan tak disadari orang banyak bagi para lajang, ajang memperluas relasi, menjalin silaturahmi, dan tentunya untuk bahagia. Menikmati apa yang bisa dinikmati daripada sedih menye-menye meratapi apa yang belum dikasih tuhan ke kita.

Ada juga pasangan yang saban bulan pastiiii ada agenda jalan-jalannya. Apa-apa sudah punya, mau kemana-mana bisa. Tapi real lifenya harus sabar menjalani penantian akan hadirnya buah hati dalam perjalanan bertahun-tahun sebuah pernikahan. Kita tidak pernah tau cobaan-cobaan yang mereka dapat dalam satu bulan. Liburan bisa jadi salah satu penghiburan. Everyone deserve to be happy.

Kalau memikirkan hal-hal ini dengan mendalam, kecenderungan untuk tidak bahagia saat melihat kebahagiaan orang lain bisa berkurang lho. Kondisi setiap orang berbeda-beda, hal itu membuat kebutuhan jadi berbeda pula, dan tentunya upaya pemenuhannya. Selama hidup masih terus sawang sinawang ya kebahagiaan cuma akan jadi wacana belaka. Pun saya, saat ini, dengan kondisi yang sampai beberapa bulan ke depan ga bisa liburan ke mana-mana dan ga bisa totalitas ikutan komunitas dan aktivitas yang saya sukai setengah mati ini. Kalau egois, bisa jadi saya ga bahagia. Eh tapi kan, segala konsekuensi yang saya tanggung saat ini muncul karena posisi yang sangat saya impikan sejak lama. Bahkan apa yang saya miliki saat ini juga merupakan mimpi orang lain.

Tuh, setiap orang beruntung dengan posisinya masing-masing selama ia, dengan sangat sadar, memahami posisinya. Dengan memahami secara sadar posisi kita saat ini, kita bisa memaksimalkan hal terbaik yang bisa kita lakukan, dan tentu saja, berbahagia dengannya. Kita juga bisa lebih menghargai posisi orang lain, ikut berbahagia dengan kebahagiaan teman, dan bersimpati atas kesedihannya. Paham bahwa setiap orang punya portal perhentian kebahagiaan dan kesedihannya masing-masing. Semua pasti ada waktunya. Ga ada ruang untuk mikirin hidup orang lain, karena ruang-ruang yang ada sudah penuh dengan mimpi, harapan, rencana, usaha, doa, dan inshaallah rasa syukur. 

Komentar

Postingan Populer