Panti Asuhan Al Ishlah (1)
Assalamualaikum dear reader. Apa
kabar kamu? Semoga berbahagia ya. Apapun kondisinya semoga selalu dalam keadaan
bersyukur. Lama juga ga nulis dan menyapa dear reader lagi, hari ini saya ingin
bercerita sesuatu. Jadi hari ahad kemarin saya berkesempatan ikut rombongan teman-teman
ke Panti Asuhan Al Ishlah Balikpapan. Bagi saya ini kehadiran yang pertama
meskipun teman-teman sudah berkali-kali main ke sana. Kami sampai pada waktu
duhur dan semua orang di mobil berpuasa kecuali saya. Begitu turun dari mobil
yang diparkir tepat di depan masjid panti, kami semua turun dan langsung masuk
ke area masjid. Orang-orang bergegas mengambil air wudhu sementara saya
berjalan pelan menyusuri teras masjid yang letaknya cukup tinggi, memerhatikan
lamat-lamat kondisi panti yang sebagian besar masih merupakan lapangan kosong.
Bangunan paling megah adalah masjid ini sementara menunggu proses pembangunan
asrama baru yang entah kapan akan selesai mengingat dana yang diperlukan begitu
besar dan bergantung kepada donasi. Untuk sementara anak-anak panti masih
tinggal di rumah-rumah kecil dari kayu sederhana yang letaknya lebih rendah
dari masjid tempat saya berteduh.
Lama saya menopangkan kedua lengan di pagar
masjid yang tingginya hanya seukuran pinggang orang dewasa, memandangi lingkungan
panti yang sangat amat sederhana, kamar mandi umum, tempat mencuci baju,
baju-baju kecil lusuh yang dijemur, pohon-pohon teduh nan rimbun di belakang
rumah-rumah huni, tanaman hias yang sedang berbunga dan setidaknya memberi
warna untuk panti yang terlampau sepi dan sederhana. Pelan namun pasti
serombongan anak perempuan keluar dari salah satu rumah kayu, berjalan bergerombolan
menuju ke aula panti. Dekat saja jaraknya, tidak sampai 5 meter.
Selama berjalan yang hanya selang 5 meter dari pintu ke pintu itu kepala mereka semua mendongak ke atas, ke arah orang asing yang sedang berdiri sendiri dan juga memerhatikan mereka, ke arah saya. Saya merasakan tatapan yang menyidik penuh rasa ingin tahu dari mata-mata kecil itu dan secara refleks saya pun tersenyum, entah apakah senyuman itu sampai kepada pemahaman mereka atau tidak. Ada seorang anak perempuan paling kecil berkerudung merah muda yang masih saja memandang lurus ke arah saya meski langkah kaki tak juga berhenti, lurus-lurus saja mengikuti kawan-kawannya yang lebih besar. Entah dapat keberanian darimana (mungkin juga karena kondisi yang sepi), saya yang pemalu ini refleks mengangkat tangan dan melambai kepadanya, benar-benar melambaikan tangan. Melambaikan tangan yang seandainya tidak dibalas lambaian maka telak sekali akan terlihat kalau saya sudah ditolak dan diacuhkan. Tapi adegan yang menggembirakan hati kemudian muncul, gadis kecil berkerudung merah muda itu balik mengangkat tangannya, membalas lambaian tangannya. Lalu ia bersegera lari masuk ke dalam aula. Rasa bahagia yang sangat sederhana muncul di hati saya. Ya, itulah interaksi pertama saya dengan anak-anak panti siang itu.
Komentar
Posting Komentar