masa tenang
masa tenang..
ramadhan berbaring di kasurku, menumpuk bersama bajuku, menyusup di antara buku-buku, menggema dengan deru kipas angin, memenuhi ruangan, memenuhi hati.
bulan menggantung indah
penuh dan bercahaya
awan tipis mengarak pelan
hatiku tenang
tak terganggu
sepi sekali
tak ada lagi pertanyaan
tak ada tekanan
setidaknya sampai berlalu akhir bulan
aku masih menunggumu
dengan ketidaktahuan apakah kau benar akan datang atau tidak
aku masih menggurat doa-doa yang sama
aku masih merahasiakan harapanku dari kenyataan
aku masih mencoba berdamai dengan takdir
.
.
.
aku masih mencoba mengerti
apa yang diinginkanNya
.
.
pada suatu malam selepas langkah meninggalkan surau kecil berkubah hijau
aku menengadahkan kepala kepada langit
dan kulihat purnama nyaris penuh
dan kulihat awan tipis mengarak
dan tiba-tiba langit hitam penuh dengan bintang
dan jalanan sepi
kakiku melangkah sendirian
namamu tak lagi terdoakan
tidak lagi kusebut nama tetapi selalu kusebut jiwa
jiwamu
yang seperti jiwamu
izinkan aku bertemu dengan jiwamu atau yang seperti jiwamu
aku pasrah
.
.
begitu pula pada suatu subuh
jalanan hening sekali
tetapi aku tidak takut karena
aku berjalan bersama payung biru di tangan kanan
dan sejadah ibuku di tangan kiri
dan gerimis yang begitu banyak dari langit
suatu hari di bulan juni yang akan selalu kukenang
tak mampu tak terkenang karena
aku akan selalu terbayang dengan
rintik lembut yang menerpa bumi pelan-pelan
benang-benang dingin yang begitu jelas kupandangi di bawah temaram lampu jalanan
keindahan yang tak mampu kujelaskan
dan karenanya tak mampu kulupa
lagi kusebutkan jiwamu dalam keheningan
lagi kusebutkan jiwamu sebagai permohonan
ramadhan berbaring di kasurku, menumpuk bersama bajuku, menyusup di antara buku-buku, menggema dengan deru kipas angin, memenuhi ruangan, memenuhi hati.
bulan menggantung indah
penuh dan bercahaya
awan tipis mengarak pelan
hatiku tenang
tak terganggu
sepi sekali
tak ada lagi pertanyaan
tak ada tekanan
setidaknya sampai berlalu akhir bulan
aku masih menunggumu
dengan ketidaktahuan apakah kau benar akan datang atau tidak
aku masih menggurat doa-doa yang sama
aku masih merahasiakan harapanku dari kenyataan
aku masih mencoba berdamai dengan takdir
.
.
.
aku masih mencoba mengerti
apa yang diinginkanNya
.
.
pada suatu malam selepas langkah meninggalkan surau kecil berkubah hijau
aku menengadahkan kepala kepada langit
dan kulihat purnama nyaris penuh
dan kulihat awan tipis mengarak
dan tiba-tiba langit hitam penuh dengan bintang
dan jalanan sepi
kakiku melangkah sendirian
namamu tak lagi terdoakan
tidak lagi kusebut nama tetapi selalu kusebut jiwa
jiwamu
yang seperti jiwamu
izinkan aku bertemu dengan jiwamu atau yang seperti jiwamu
aku pasrah
.
.
begitu pula pada suatu subuh
jalanan hening sekali
tetapi aku tidak takut karena
aku berjalan bersama payung biru di tangan kanan
dan sejadah ibuku di tangan kiri
dan gerimis yang begitu banyak dari langit
suatu hari di bulan juni yang akan selalu kukenang
tak mampu tak terkenang karena
aku akan selalu terbayang dengan
rintik lembut yang menerpa bumi pelan-pelan
benang-benang dingin yang begitu jelas kupandangi di bawah temaram lampu jalanan
keindahan yang tak mampu kujelaskan
dan karenanya tak mampu kulupa
lagi kusebutkan jiwamu dalam keheningan
lagi kusebutkan jiwamu sebagai permohonan
Komentar
Posting Komentar