Filter Diri (3)

Pelajaran berharga beberapa waktu belakangan ini: kedewasaan seseorang dapat diukur dari kemampuannya menyaring dengan cepat apa-apa yang penting bagi perasaanya dan apa-apa yang tidak perlu ia pedulikan. Tidak semua hal harus mendapat perhatiannya, bahkan meskipun sebenarnya ia bisa.

Semakin hari dunia rasanya semakin sempit, ucapan orang-orang semakin tajam, semakin banyak yang ingin bicara tapi enggan mendengar, semakin banyak hal-hal tidak menyenangkan yang bisa kita pahami dalam waktu sekejap, sindiran pelan terdengar sangat nyaring, kesalahan orang lain terasa sangat memuakkan sementara diri sendiri perlahan juga sudah menjelma jadi makhluk yang sama menyebalkan. 

Filter diri selanjutnya adalah kemampuan menyaring apa yang boleh masuk dan tidak boleh masuk dalam diri kita, juga apa yang boleh keluar dan tidak boleh keluar dari diri kita. Sebagaimanapun kotornya dunia dengan segala polusinya, yang menentukan filter diri ya kita sendiri. Barangkali inilah yang membuat banyak orang dewasa yang saya kenal memiliki beberapa kesamaan: tidak mudah marah, tidak cepat panik, dan cenderung mudah diajak tertawa. Dengan kedewasaannya, orang-orang dewasa yang saya kenal hampir selalu cepat mengendalikan diri-kemudian mengendalikan situasi, tidak mudah merasa tersakiti oleh orang lain, pun juga bertutur tanpa menyakiti orang lain. Orang-orang dewasa memiliki sistem filter, yang apabila diibaratkan sebuah bangunan, dapat dikatakan pondasinya sudah sangat kokoh. 

Tentu saja perangkat filter, yaitu hati dan pikiran, harus dirawat, yah, setiap hari, bahkan, setiap saat. Sesederhana mulai membiasakan diri lebih banyak mendengar sebelum berbicara. Sesederhana tidak lagi terlalu ngurusin kerjaan orang lain. Sesederhana bisa kritisi suatu pekerjaan tanpa main perasaan. Sesederhana tidak cepat tersinggung dan buru-buru merespon saat ditimpakan sesuatu yang tidak enak oleh orang lain. Ah.. siapa bilang itu sederhana? Sebenarnya itu semua pekerjaan yang berat, karena saking sederhananya, bobotnya tak lagi tampak di permukaan, melainkan ada di dalam. Di dalam pikiran, di dalam perasaan, di dalam perilaku. Dan ya, lagi-lagi lingkaran pertemanan itu penting. Menentukan orang-orang yang sering kita temui itu penting, karena orang-orang itulah yang akan memberi pengaruh terbesar dalam sikap dan perilaku kita. Orang dewasa tahu apa yang baik untuk dirinya. Dia berteman dengan siapa saja, tapi dia hanya mempertahankan perkawanan dengan orang-orang yang dapat memberi pengaruh baik baginya. Dia berteman dengan siapa saja, tapi dia punya filter yang sangat tangguh di dalam dirinya. 

Sepertinya seharusnya demikian.

Komentar

Postingan Populer